ACADEMICS.web.id – Orang bijak mengatakan, wanita dapat bersikap tenang dalam kondisi apapun, kecuali saat dia dibakar api cemburu. Suatu hari, Aisyah, isteri Rasulallah ﷺ pernah berkeringat dingin merasakan itu. Pasalnya, Sofiyah, isteri Rasulallah ﷺ yang lain, mengirimkan makanan pada Rasulallah ﷺ saat beliau berada di rumah Aisyah. Saking cemburunya, Aisyah sampai memecahkan wadah makanan kiriman Sofiyah itu. Seraya mengumpulkan makanan yang jatuh itu, Rasulallah ﷺ memerintahkan Aisyah dengan berkata,
إناء مثل إناء وطعام مثل طعام
“bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama pula” (HR-Nasai’).
Sungguh luar biasa. Rasulallah ﷺ tidak membentak Aisyah, apalagi sampai memukulnya. Dalam riwayat lain diceritakan, Rasulallah ﷺ tahu persis kapan Aisyah sedang senang hatinya, kapan pula Aisyah sedang kesal, sampai Aisyah bertanya, “Bagaimana engkau tahu (hal itu)?” Rasulallah ﷺ menjawab, “jika sedang senang, engkau berkata “Tidak, demi tuhan Muhammad,” dan jika sedang kesal engkau berkata, “Tidak, demi Tuhan Ibrahim”. Apakah itu berarti Aisyah pernah membangkang pada suaminya? Tidak. Pernyataan Aisyah berikutnya sungguh romantis. Aisyah berkata, “Aku tidak pernah membangkang (padamu, ya Rasulallah) kecuali hanya (di bibir menyebut) namamu saja”.
Sebagai istri, kecemburuan Aisyah adalah wajar. Bahkan, bukan cuma Aisyah yang dilanda cemburu, para istri Rasulallah ﷺ yang lain pun merasakan hal yang sama. Sayangnya, pernah sikap cemburu mereka berlebihan dan tanpa alasan sehingga membuat Rasulallah ﷺ merasa tak nyaman. Demikianlah diceritakan oleh Umar bin Khattab sebagaimana dinukil oleh Imam At-Thabbari dalam tafsirnya ketika menjelaskan sebab diturunkannya firman Allah surah At-tahrim ayat 5. Allah SWT berfirman.
عَسَىٰ رَبُّهُ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِّنكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُّؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارً
“Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan”. (Qs At-Tahrim: 5).
Cemburu adalah bukti cinta. Cemburu membabi buta merusak rumahtangga. Pelajaran bagi kita semua, betapa indah kehidupan Rasulallah ﷺ dan keluarganya. Segala hal menjadi teladan. Bagi para suami, Rasulallah ﷺ mengajarkan bagaimana bersikap saat sang istri dibakar cemburu. Bagi para istri, kehidupan Rasulallah ﷺ mengajarkan bahwa tugas-tugas besar seorang suami hanya bisa diselesaikan apabila kondisi rumah tangga aman, damai dan sentosa.
Bahkan, peristiwa cemburu Aisyah tersebut mengingatkan kita pada kaedah hukum Romawi, “Ubi Jus Ibi Remedium” (for every damage, there is a compensation). Pada setiap kerugian atas hak milik orang lain, hukum wajib memberi ruang kepada orang itu untuk mendapatkan haknya. Kaedah itu kemudian diadopsi dalam sistem hukum nasional kita, yaitu suatu ganti rugi atas peristiwa Perbuatan Melawan Hukum (PHM) yang dilakukan orang lain. Perbuatan Melawan Hukum bukanlah pidana, tetapi akibat perbuatan itu, ada hak orang lain yang diciderai, maka sudah seharusnya hak orang itu dibayarkan.
Wallahua’lam bis showwab.