RIZAL RAMLI SANG BEGAWANG EKONOMI DAN PATRIOT DEMOKRASI

banner 468x60

ACADEMICS.web.id – Menteri Ekonomi pada era Presiden Keempat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli, baru saja meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, pada Selasa malam (2/1/2023).

Pepatah “manusia mati meninggalkan nama” melekat pada sosok begawan ekonomi yang dikenal kritis tersebut. Rizal Ramli memiliki banyak prestasi sebagai ekonom dan pejuang demokrasi.

banner 336x280

Sejak usia muda, Rizal Ramli telah aktif sebagai aktivis mahasiswa yang sering mengkritisi kebijakan Orde Baru. Saat menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB), ia pernah menjabat sebagai Presiden Student English Forum (SEF) ITB dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) ITB dari tahun 1976 hingga 1977.

Pada tahun 1978, Rizal Ramli dipenjara oleh rezim Orde Baru karena kritiknya terhadap kebijakan pemerintahan Soeharto. Meskipun mengagumi Einstein dan pernah mengenyam pendidikan di ITB, Rizal Ramli meraih gelar doktor ekonomi dari Universitas Boston pada tahun 1990.

Setelah kembali ke tanah air, bersama beberapa ekonom lainnya seperti Laksamana Sukardi, Arif Arryman, dan M.S. Zulkarnaen, Rizal Ramli mendirikan ECONIT Advisory Group. Ketika menjabat sebagai Managing Director Econit, Rizal Ramli dan rekan-rekannya di lembaga think-tank ekonomi ini aktif mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah Orde Baru.

Sebut saja, Rizal Ramli, bersama beberapa koleganya, mendirikan Komite Bangkit Indonesia (KBI) dan menjabat sebagai ketuanya, memberikan kritik terhadap berbagai kebijakan, seperti Mobil Nasional, Pupuk Urea, Pertambangan Freeport, dan sebagainya. Jelang kejatuhan rezim Soeharto pada Mei 1998, Rizal Ramli memainkan peran penting dalam menggerakkan ribuan mahasiswa melalui gagasan pembaharuannya.

Ketika dipercaya menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) pada era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli berhasil memperbaiki kondisi pangan nasional pasca krisis ekonomi 1998. Kiprahnya semakin bersinar ketika ia ditunjuk sebagai Menteri Perekonomian yang pada saat itu melibatkan sektor ekonomi, keuangan, dan investasi (Ekuin). Rizal Ramli berhasil mengangkat Indonesia dari jurang krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Beberapa hari setelah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menggantikan Kwik Kian Gie, Rizal Ramli mencanangkan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi. Program tersebut melibatkan berbagai aspek, seperti menciptakan stabilitas di sektor finansial, meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan untuk memperkuat stabilitas sosial-politik, memacu pengembangan usaha skala mikro dan usaha kecil menengah (UKM), meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta mengutamakan pemulihan ekonomi berlandaskan investasi daripada berlandaskan pinjaman.

Rizal Ramli juga mengarahkan upaya peningkatan ekspor, menjalankan privatisasi bernilai tambah, melaksanakan desentralisasi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan fiskal, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, dan mempercepat restrukturisasi perbankan. Semua program tersebut berhasil dijalankan dengan baik dan memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia.

Saat itu, keahliannya mampu menyelamatkan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami krisis, seperti PLN, Telkom, dan pembentukan Bank Mandiri.

Dengan latar belakang sebagai ekonomi lulusan Universitas Boston, Rizal Ramli juga memiliki jaringan pergaulan internasional. Ia menjadi salah satu ahli ekonomi Indonesia yang dipercaya sebagai penasihat ekonomi PBB bersama dengan ekonom internasional ternama, seperti pemenang Nobel Ekonomi Amartya Sen dari Universitas Harvard, Sir James Mirrlees Alexander dari Inggris, Rajendra K. Pachuri dari Universitas Yale, Helen Hunt dari UNDP, Francis Stewart dari Universitas Oxford, Gustave Ranis dari Universitas Yale, Patrick Guillaumont dari Prancis, Nora Lustig dari Argentina, dan Buarque dari Brasil.

Pada Pertemuan Panel Penasihat PBB yang kedua pada bulan Juni 2012, Rizal membawa enam topik makalah, termasuk prospek ekonomi dan demokrasi di Indonesia, pandangan strategis ekonomi dan politik Indonesia serta peran kekuatan Asia, dan integrasi ekonomi Asia. Partisipasinya dalam forum ini menunjukkan kontribusinya dalam membahas isu-isu global.

Meskipun memiliki rekam jejak yang mengesankan dalam pemerintahan dan acara internasional, Rizal Ramli tetap rendah hati sebagai aktivis yang sering berdiskusi dengan berbagai kalangan. Sikap kritisnya tidak pernah pudar, bahkan saat menjabat sebagai Menteri Kemaritiman pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2015-2016. Rizal Ramli tetap tegas dalam mengkritik kebijakan yang dianggapnya kurang tepat, seperti kebijakan reklamasi Teluk Jakarta yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada waktu itu.

Dalam melawan kebijakan tersebut, Rizal Ramli berdiri untuk kepentingan masyarakat pesisir dan nelayan Jakarta. Akibatnya, hanya beberapa proyek pulau reklamasi yang dapat dilanjutkan.

Kini, Sang Rajawali Kepret, sekaligus Sang Penerobos, telah berpulang. Nama besar dan jasa-jasanya akan selalu menghiasi sejarah demokrasi dan perekonomian Indonesia di masa-masa yang penuh tantangan. Selamat Jalan Aktivis Senior.@

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *