PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN TOLERANSI BERAGAMA | Aziza Rizki Aulia

Mahasiswi S1 Farmasi (Tingkat 1) Institut Kesehatan Mitra Bunda

banner 468x60

ACADEMICS.web.id – Toleransi atau Toleran secara bahasa kata ini berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti “menanggung”, “menerima dengan sabar”, atau “membiarkan”. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang “tidak menyimpang dari hukum berlaku” disuatu negara, di mana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain selama masih dalam batasan tertentu.

Pentingnya toleransi dalam keberagaman ialah untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama, mempererat tali persaudaraan, menguatkan rasa nasionalisme, dan membentuk persatuan bangsa. Dengan begitu toleransi memiliki peranan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat.

banner 336x280

Adanya toleransi antar agama sangatlah pentig sekali terutama kita yang hidup di indonesia ini karena negara kita adalah negara ketuhanan sesuai yang tercantum dalam pancasila sila-pertama yaitu ketuhanan yang maha esa. di indonesia sendiri ada 6 agama yang di akui oleh pemerintah di antarnya adalah:

  1. Islam
  2. Kristen protestan
  3. Kristen katolik
  4. Hindu
  5. Buddha
  6. Konghucu

Hal ini menunjukkan perbedaan agama yang sangat beragam jadi sebagai masyarakat indoesia yang baik kita harus bisa menghormati orang-orang yang berbeda agama dengan kita. Ada beberapa faktor yang memengaruhi toleransi antar beragama, Faktor yang memengaruhi toleransi beragama:

  1. Kepribadian

Salah satu tipe kepribadian yang berpengaruh terhadap toleransi adalah tipe kepribadian extrovert. Parkes menyatakan bahwa ciri individu bertipe kepribadian extrovert adalah: bersifat sosial, santai, aktif, dan cenderung optimis. Dengan ciri-ciri tersebut maka individu dengan tipe kepribadian extrovert cenderung lebih bisa menjalin hubungan dengan outgroup. Kecenderungan tersebut mengakibatkan perasaan ingroup dan outgroupnya kurang berkembang. Konsekuensinya, karena identitas sosial lebih rendah pada individu berkepribadian extrovert, maka toleransi mereka lebih tinggi daripada yang berkepribadian introvert.

  1. Lingkungan Pendidikan

Menurut teori belajar sosial, toleransi diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi. Terdapat tiga lingkungan pendidikan yang digunakan dalam proses sosialisasi tesebut, yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Di lingkungan keluarga, orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan toleransi pada anak. Anak-anak mengobservasi sikap dan perilaku orangtua mereka dan mereka mampu menangkap isyarat-isyarat non verbal yang dilakukan oleh orang tua mereka ketika bereaksi terhadap individu di luar kelompoknya, akibatnya jika orangtua toleran maka anak-anak tersebut cenderung menjadi toleran. Sebaliknya jika orangtua intoleran maka akan mengarahkan anak menjadi intoleran.

Di lingkungan pendidikan formal baik di sekolah maupun kampus, seorang siswa/mahasiswa akan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan objektif tentang kelompok lain. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap perilaku kelompok lain. Dengan pengamatan langsung tersebut siswa/mahasiswa dapat memperoleh informasi tentang kelompok lain yang lebih akurat dan objektif sehingga informasi yang biasa dan stereotip yang dimiliki sebelumnya dapat berubah.

Dilingkungan masyarakat adalah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak. Lingkungan masyarakat akan memberikan sumbangan yang berarti dalam diri anak apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Tidak semua ilmu

pengetahuan, sikap, keterampilan maupun performansi dapat dikembangkan oleh sekolah/kampus ataupun dalam keluarga, karena keterbatasan dan kelengkapan lembaga tersebut. Kekurangan yang dirasakan akan dapat diisi dan dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina pribadi anak, termasuk dalam hal toleransi.

  1. Kontrol diri

Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu individu dengan yang lain tidaklah sama. Ada yang memiliki kontrol diri tinggi dan ada yang rendah. Mereka yang memiliki kontrol diri tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku, sehingga membawa kepada konsekuensi positif. Mereka juga mampu mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial di sekitarnya.

Dengan dasar itu perilaku seseorang akan lebih responsive, lebih fleksibel, selalu berusaha untuk memperlanca interaksi sosial, bersifat hangat dan terbuka serta setiap orang dipandang sebagai individu dengan pola pikir yang khas bahkan berbeda-beda.

Contoh sikap yang dapat kita lakukan untuk menghormati antar umat beragama adalah mengizinkan oang lain beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya, berteman dengan semua orang dengan tidak memandang latar belakang agama yang dianut, menghormati adaya perayaan hari besar keagamaan dari umat lain, tidak memaksakan ajaran dan kepercayaan agama kita kepada orang lain yang agamanya berbeda, dan menumbuhkan kerukunan dan perdamaian antar umat beragama.

Dengan menerapkan hal hal diatas kita dapat menjaga perdamaian dan stabilitas dalam masyarakat. Toleransi antar umat beragama harsu kita tanamkan pada diri kita masing masing, semakin banyak orang yang toleran, maka akan seakin baik negara ini, karena konflik dapat dikurangi dan kehidupan antar umat beragama akan jauh ebih baik dan damai.@

Penulis:

AZIZA RIZKI AULIA:
Mahasiswi S1 Farmasi (Tingkat 1) Institut Kesehatan Mitra Bunda
banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *