Kontribusi Dinasti Usmani pada Seni, Arsitektur, dan Ilmu Pengetahuan | Reflina Julianti

Mahasiswi Sem 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau

banner 468x60

ACADEMICS.web.id – Kesultanan Utsmaniyah berkembang pesat di Turki dan tercatat dalam sejarah Islam. Pada masa Kesultanan Utsmaniyah, peradaban Islam berkembang pesat. Selama Abad Pertengahan, Kekaisaran Ottoman adalah salah satu peradaban terbesar di dunia. Keberhasilan dinasti Ottoman terutama disebabkan oleh empat faktor, yaitu:

  1. Pengelolaan pemerintahan yang baik.
  2. Kondisi perekonomian yang baik.
  3. Menguasai ilmu pengetahuan dan kebudayaan
  4. Militer yang kuat dan aktif melakukan ekspansi

Selama hampir tujuh abad kekuasaan Ottoman, peradaban yang dibangun melanjutkan keadaan sebelumnya dan mendirikan peradaban maju di berbagai bidang. Misalnya saja di bidang seni, arsitektur, dan ilmu pengetahuan.

banner 336x280

Bidang Seni

Dalam bidang seni dan budaya, tokoh-tokoh penting muncul pada abad ke-17. Misalnya penyair terkenal Nafi (1582-1636), Nafi juga berkolaborasi dengan Murad Pasha menciptakan sastra Qassed yang mendapat tempat di hati Sultan. Yusuf Nabi (1642-1712 M) adalah salah satu penulis yang memperkenalkan pengaruh Persia ke istana Ottoman. Dia adalah juru tulis Musahif Mustafa, salah satu wazir dan ilmuwan agama Persia. Yusuf Nabi menunjukkan ilmunya yang luar biasa. Puisi-puisinya menyentuh hampir semua persoalan agama, filosofis dan mistik. Juga membahas biografi, sejarah, esai, geografi, dan catatan perjalanan. Dalam bidang sastra prosa, Dinasti Usmani melahirkan dua tokoh terkemuka, Katip Serabi dan Evliya Serabi. Selain itu, ada Mustafa bin Abdullah yang dikenal dengan nama Katip Celebi atau Haji Halife (1609-1657 M). Dia menulis sebuah buku bergambar dalam karya terbesarnya, “Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-Funun”, sebuah biografi penulis penting dunia Timur dan mendaftarkan lebih dari 1.500 buku dalam bahasa Turki, daftar dan deskripsi bahasa Persia dan buku-buku berbahasa Arab. Dia juga menulis buku lain.

Bidang Arsitektur

Dinasti Ottoman meninggalkan warisan arsitektur masjid yang bersejarah. Arsitektur masjid yang indah juga dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Misalnya Masjid Jami Sultan Mohammad Fatih, Masjid Agung Suleiman, Masjid Abu Ayub Ansari, dan Masjid Hagia Sophia. Selain itu, pada masa Sultan Suleiman I, banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, vila, dan pemandian umum di kota-kota besar dan kota-kota lain, dimana sekitar 235 bangunan dikoordinasikan. dibangun di bawah kepemimpinan arsitek dari Xining, Anatolia. Bangunan-bangunan yang berdiri pada masa ini umumnya menunjukkan corak yang sedikit berbeda dengan bangunan-bangunan sebelumnya. Dekorasi yang digunakan pada bangunan Ottoman adalah lengkungan segitiga, segitiga Turki, dan kubah segitiga atau kerucut.

Bidang Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan tidak begitu berkembang pada masa Kesultanan Ottoman. Hal ini mengakibatkan lahirnya tidak banyak ilmuwan terkenal pada masa itu, Dilihat dari prestasi ilmu pengetahuan pada abad ke 19 M, terdapat tiga surat kabar yaitu Harian Berita Takvini Veka (1831), Jurnal Tasviri Efkyar (1862) ) dan jurnal Terjumani Ahval (1860). Transformasi pendidikan kemudian terjadi melalui pendirian sekolah dasar dan menengah (1861) serta universitas (1869). Selain itu, sekolah kedokteran dan sekolah hukum juga didirikan. Pada masa Sultan Mahmud II, kurikulum dilengkapi dengan kurikulum biasa. Di bidang pendidikan, Dinasti Ottoman memelopori sistem pendidikan sekolah agama yang ekstensif. Madrasah Ottoman pertama didirikan pada tahun 1331 di Iznik. Saat itu, sebagian ulama didatangkan dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan ajaran Islam di beberapa wilayah baru. Beberapa sultan mendirikan beberapa akademi di Bursa, Edirne dan Istanbul. Pada akhir abad ke-15, beberapa perguruan tinggi ini disusun menurut sistem hierarki yang menentukan jalur karier bagi para sarjana besar untuk maju. Universitas yang didirikan oleh Suleiman pada tahun 1550 dan 1559 ini benar-benar menjadi universitas yang berperingkat tinggi. Di bawah ini adalah beberapa perguruan tinggi yang didirikan oleh para sultan terdahulu, ada pula yang didirikan oleh pejabat negara dan ulama madrasah, yang disusun tidak hanya secara hierarkis tetapi juga dibedakan berdasarkan fungsi pendidikannya. Madrasah terendah mengajarkan nahwu (tata bahasa Arab), Sharaf (sintaks), manthiq (logika), teologi, astronomi, geometri, dan retorika. Hukum dan teologi diajarkan di universitas tingkat tertinggi. Secara keseluruhan Dinasti Utsmaniyah kurang menaruh perhatian terhadap ilmu pengetahuan sehingga mengakibatkan bidang ilmu pengetahuan tidak begitu menonjol dibandingkan dinasti-dinasti Islam sebelumnya. Namun ada beberapa titik kemajuan yang jelas, yakni pada masa Sultan Muhammad Fatih. Banyak sekolah berlokasi di kota-kota besar dan daerah terpencil. Terdapat perpustakaan di sekitar sekolah, yang dikelola dengan baik dan memiliki catatan peminjaman yang teratur. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fatih, harta karun kuno diterjemahkan ke dalam bahasa Turki dari bahasa Yunani, Latin, Persia dan Arab. Salah satu buku yang diterjemahkan adalah Masyahir al-Rijal (Yang Terkenal) karya Poltark. Buku lain yang diterjemahkan ke dalam bahasa Turki antara lain buku karya ahli kedokteran Abu al-Qasim al-Zahrowi al-Andalusi yang berjudul al-Tashrif fi al-Thibbi. Buku ini kemudian memberikan pembahasan tambahan mengenai alat bedah dan posisi pasien selama operasi.@

Penulis:

Reflina Julianti:
Mahasiswi Sem 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau
banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *