Kontribusi Abbasiyah Pada Seni, Arsitektur dan Ilmu Pengetahuan | Nadizra Fernanda

Mahasiswa Semester 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau

banner 468x60

ACADEMICS.web.id – Seni dan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah berkembang begitu pesat. Abbasiyah adalah kekhalifahan yang berkuasa mulai tahun 750 sampai 1258. Kejayaan Islam pada masa tersebut ditandai dengan pesatnya perkembangan berbagai aspek, salah satunya bidang seni dan budaya.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, perkembangan seni dan budaya sangat signifikan seiring dengan perubahan peradaban umat Islam dari kehidupan desa yang sederhana ke kehidupan kota yang sejahtera.

banner 336x280

Daulah Abbasiyah yang berlangsung 5.5 abad secara politis bisa dikatakan hanya mampu dapat mendirikan selama satu abad yaitu selama periode pertama. Namun, dalam bidang ilmu pengetahuan, seni budaya & arsitektur terus mengalami pertumbuhan. Itu disebabkan, para khalifah lebih berorientasi dalam perluasan wilayah kekuasaan daulah tersebut.
Para khalifah Abbasiyah tidak segan-segan mendatangkan para arsitek dari luar negeri dalam pembangunan & mengajarkan-nya kepada orang-orang Abbasiyah. Dalam masa kepemimpinan Khalifah Al-Mansur, sudah dibangun kota Baghdad yang berbentuk bulat di tengahnya, dibangun istana Al-Qasr Az-Zahabi, dan masjid Al-Manshur yang melambangkan kemegahan dan keindahan kota Baghdad. Diantara bidang seni dan budaya yang berkembang antara lain:

1. Arsitektur.
Khalifah Abbasiyah sangat menyukai seni arsitektur dalam keperluan membentuk sebuah gedung. Misalnya masjid, istana, madrasah, perkantoran, dan sebagainya. Mereka mendatangkan arsitek dari luar Abbasiyah.
Perkembangan kebudayaan dalam masa Dinasti Abbasiyah, tercermin pada beberapa peninggalan bangunan-bangunan bersejarah, seperti masjid. Beberapa masjid yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah diantaranya:
• Masjid Jami’ Al-Mansur
• Masjid Raya Ar-Risyalah
• Masjid Jami’ Qasr Al-Khilafah
• Masjid Qati’ah Umm Ja’far
• Masjid Kufah
• Masjid Raya Samarra
• Masjid Agung Isfahan
• Masjid Talkhatan Baba
• Masjid Alauddin Kaikobat

2. Seni tata kota.
Istana emas yang berada di tengah kota Baghdad, yang melambangkan kemegahan dan keindahan kota Baghdad. Seni bangunan berkembang pula. Menghasilkan kota Bagdad menjadi kota metropolitan yang megah & bagus. Keindahannya dunia, sehingga dijuluki Alful Lailah Wal Lailah (Seribu satu malam), & jua dibangun kota satelit sebagai penyangga kota Bagdad.Dan juga kota Samara, yang dibangun pada masa khalifah Al-Muhtasim Billlah. Samara termasuk kota yang dibangun dengan nilai seni & kerapian kota yang tinggi.

3. Seni sastra
Pada masa Abbasiyah, dunia sastra mengalami kemajuan. Kota baghdad dikenal menjadi pusat sastrawan & penyair. Diantara penyair dan sastrawan yang terkenal al:
1) Abu Atahiyah
2) Abu Nawas
3) Abu Tamam
4) Al-Buhtury
5) Al-Mutanabbi

4. Seni bunyi dan seni musik.
Seni bunyi dan musik jua mengalami kemajuan. Pada umumnya khalifah Abbasiyah menyukai musik & lagu yang diciptakan oleh para tokoh terkenal, seperti:
1) Al-Farabi
2) Az-Zuman
3) Az-Zalah
4) khalifah Hakam II.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang. Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains. Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga saat ini. Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk lembaga pendidikan. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan para khalifah pun terlihat jelas. Para khalifah yang memimpin turut mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya. Alhasil, penduduk berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi.

Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan

Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan Beberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut.
– Menggalang penyusunan buku Penyusunan buku
pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama kemudian disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi penerus.
Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing
Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam semakin luas dan berkembang.

– Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah
Kegiatan ilmiah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di setiap majelis hingga tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka miliki.
Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan
Kekhalifahan Abbasiyah gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi perpustakaan. Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah universitas di masa sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut
Faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa abbasiyah

– Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, banyak bangsa non-Arab yang masuk Islam dan memberi warna baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Contohnya bangsa Persia berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra serta pengaruh budaya India yang terlihat pada bidang kedokteran, matematika, dan astronomi.

Gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga fase

Fase pertama pada masa Khalifah al-Mansur hingga Harun ar-Rasyid. Pada periode ini yang diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantik (logika).

Fase kedua berlangsung sejak masa Khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan kedokteran.

Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan pun semakin beragam, mengikuti perkembangan.

Ilmu Pengetahuan yang berkembang pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah

Ilmuwan-ilmuwan muslim beserta ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
Ilmu Tafsir
Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran ilmu tafsir yang terus digunakan hingga sekarang, yaitu tafsir bi al-ma’tsur yang menekankan pada penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan hadis dan pendapat para sahabat, dan tafsir bi ar-ra’yi yang berpijak pada logika daripada nas syariat. Sementara tokoh ilmuwan dalam bidang tasfir adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, As-Suda, Mupatil bin Sulaiman, dan Muhammad bin Ishak.

Filsafat Islam
Perkembangan filsafat Islam dimulai saat penerjemahan filsafat Yunani dalam Bahasa Arab sekaligus diadakan penyesuaian dengan ajaran Islam. Beberapa ilmuwan muslim dalam ilmu filsafat Islam adalah Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Abu Bakar Ibnu Tufail, Al-Ghazali, dan Abu Bakar Muhammad bin as-Sayig (Ibnu Bajjah).

Ilmu Hadis
Beberapa karya para ilmuwan muslim terkenal dalam bidang ilmu hadis adalah sebagai berikut.
– Sahih Bukhari, disusun oleh Imam Bukhari
– Sahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim
– Sunan Abu Daud, disusun oleh Imam Abu Daud
-Sunan at-Tirmizi, disusun oleh Imam at-Tirmizi
– Surat an-Nasa’i, disusun oleh Imam an-Nasa’i

Ilmu Fikih
Setelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan bagi umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih. Beberapa di antaranya adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali.

Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Ilmuwan termasyur dalam bidang ini adalah Wasil bin Ata’, Abu Hasan al-Asy’ari, Imam al-Ghazali, Abu Huzail al-Allaf, dan Ad-Dhaam.

Ilmu Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara ber-taqarub dengan benar kepada Allah SWT. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Al Gazali, Al-Qusyairy, dan Syahabbudin.

Ilmu Tarikh (Sejarah)
Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus. Para ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib Bagdadi, Ibnu Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.

Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib. Orang-orang Barat bahkan juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam. Para dokter muslim yang terkenal adalah sebagai berikut:
– Ibnu Sina, dikenal sebagai bapak dokter Islam
-Jabir bin Hayyan dikenal sebagai bapak kimia
-Ar-Razi, karyanya berjudul al-Hawi yang membahas tentang campak dan cacar

Ilmu Geografi
Ilmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta perdagangan. Pada saat itu, sering diadakan perjalanan ilmiah juga perjalanan untuk pesiar, dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke dalam kitab. Beberapa ilmuwan dalam bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut al-Hamawy, dan Ibnu Khardazabah.

Ilmu Bahasa
Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Ilmu bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf, ma’ani, bayan, dan badi. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Sibawaihi, Muaz al-Harra’, dan Al-Kisai.

Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari tentang matahari, bulan, bintang, dan planet-planet. Beberapa contoh ilmuwan dari bidang ini adalah sebagai berikut.
-Ibnu Haitam, ilmuwan muslim pertama yang mengubah konfigurasi Ptolomeus
-Abu Ishaq az-Zarqali, menemukan bahwa orbit planet adalah edaran eliptik, bukan sirkular
-Ibnu Rusyid, ilmuwan yang menentang paham astronomi oleh Ptolomeus
-Ibnu Bajjah, yang mengemukakan gagasan adanya galaksi Bimasakti

Ilmu Matematika
Ilmu matematika juga berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai berikut.
-Al-Khawarizmi, penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar
-Umar bin Farukhan
-Banu Musa@

Penulis:

Nadizra Fernanda:
Mahasiswa Semester 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau
banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *