ACADEMICS.web.id – Dinasti Muawiyah berdiri pada tahun 41 H / 661 M , didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan . Merupakan gabenor Syam pada pemerintahan Umar bin Khattab bin Uthman bin Affan . Berasal dari nama salah seorang tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliah iaitu Umayyah ibn Al-Syam ibn Abd Manaf ibn Qusay Al-Quraisy Al-Amawiy .Muawiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams merupakan pembangun dinasti Umayyah, juga khalifah pertama yang memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus .Selepas Ali bin Abi Thalib meninggal , umat Islam membai’at Hasan sebagai khalifah , akan tetapi timbul ketidakpuashatian dari Bani Umayyah (Muawiyah) , lalu Hasan menyerahkan kepemimpinannya itu kepada Muawiyah dan juga melakukan perdamaian. Dinasti Umayyah merupakan salah satu dinasti paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Bangkitnya dinasti ini menandai awal dari periode keemasan dalam sejarah Islam.
Latar Belakang Sejarah Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah merupakan salah satu dinasti besar dalam sejarah Islam yang berkuasa dari tahun 661 hingga 750 M. Dinasti ini didirikan oleh Muawiyah I setelah periode konflik suksesi yang terjadi setelah pembunuhan Khalifah Ali, yang merupakan khalifah keempat dalam sejarah Islam. Latar belakang sejarah Dinasti Umayyah melibatkan beberapa faktor kunci:
- Awal Mula Islam: Dinasti Umayyah muncul pada awal perkembangan agama Islam, yang dimulai pada abad ke-7 M. Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, terjadi serangkaian perang saudara yang dikenal sebagai Perang Riddah atau Perang Apostasi, di mana beberapa suku Arab mencoba memisahkan diri dari kekhalifahan Islam. Pasca periode ini, Abu Bakar, Umar ibn Khattab, dan Uthman ibn Affan menjabat sebagai khalifah.
- Pembunuhan Khalifah Ali: Setelah pembunuhan Khalifah Ali pada tahun 661 M, terjadi ketidakstabilan politik yang menyebabkan konflik suksesi. Muawiyah I, saudara tiri Uthman ibn Affan yang merupakan khalifah ketiga, menuntut pembalasan atas kematian Uthman dan memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Khalifah Ali. Konflik ini akhirnya membawa Muawiyah I ke kekuasaan.
- Perpindahan Ibu Kota ke Damaskus: Setelah mengambil alih kekuasaan, Muawiyah I memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus. Perpindahan ini memiliki implikasi besar terhadap orientasi politik dan budaya Dinasti Umayyah, memperkuat pengaruh budaya Arab Suriah (Syria) dalam kekhalifahan.
- 4. Ekspansi dan Penyatuan Wilayah: Dinasti Umayyah memperluas wilayah kekhalifahan melalui serangkaian kampanye militer yang berhasil, mencakup wilayah dari Spanyol di Barat hingga Asia Tengah di Timur. Penyatuan wilayah ini menciptakan kekhalifahan Islam yang luas dan kuat.
- Puncak Kejayaan Ekonomi dan Kebudayaan: Di bawah kepemimpinan Dinasti Umayyah, terjadi perkembangan ekonomi yang pesat melalui perdagangan internasional dan pertanian yang maju. Selain itu, ada juga perkembangan budaya, seni, dan ilmu pengetahuan, yang mencerminkan kekayaan dan keragaman masyarakat Umayyah.
Namun, akhirnya Dinasti Umayyah berakhir pada tahun 750 M ketika Dinasti Abbasiyah merebut kekuasaan dalam suatu pemberontakan, menandai akhir dari pemerintahan Dinasti Umayyah dan awal dari Dinasti Abbasiyah dalam sejarah Islam.
Kepemimpinan Muawiyah
Muawiyah I adalah salah satu khalifah paling berpengaruh dalam sejarah Islam dan pendiri Dinasti Umayyah. Dia memerintah sebagai khalifah dari tahun 661 hingga 680 M. Berikut adalah beberapa poin kunci tentang kepemimpinan Muawiyah I:
- Konflik Suksesi: Muawiyah I naik ke kekuasaan setelah konflik suksesi yang terjadi setelah kematian Khalifah Ali. Dia adalah saudara tiri dari Khalifah Uthman ibn Affan, yang merupakan khalifah ketiga sebelum Ali.
- Pemindahan Ibu Kota: Salah satu tindakan penting Muawiyah I adalah memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus. Perpindahan ini memperkuat pengaruh dan kekuatan Dinasti Umayyah di wilayah Arab Suriah (Syria).
- Ekspansi Wilayah: Muawiyah I mengembangkan wilayah kekhalifahan melalui serangkaian kampanye militer yang sukses. Dia merebut wilayah-wilayah penting di Mesir, Afrika Utara, Siprus, dan sebagian besar wilayah Anatolia.
- Reformasi Administratif: Muawiyah I mengenalkan reformasi administratif yang kuat dalam kekhalifahan. Dia mendirikan birokrasi yang efisien dan stabil, memperkenalkan sistem pajak yang efektif, dan memperluas kekuasaan pusat.
- Pengaruh Budaya dan Agama: Di bawah kepemimpinan Muawiyah I, budaya Arab berkembang pesat. Pengaruh kebudayaan Islam juga meluas ke wilayah-wilayah baru yang dikuasai oleh Dinasti Umayyah. Meskipun dia mempertahankan kontrol politik, Muawiyah I juga memperlakukan non-Muslim dengan relatif adil dan menghormati hak-hak mereka.
- Pencapaian Ekonomi:* Kepemimpinan Muawiyah I melihat pertumbuhan ekonomi yang signifikan melalui perdagangan dan pembangunan infrastruktur. Dia memperkuat sistem keuangan kekhalifahan dan mendukung pengembangan pasar dan perdagangan.
Puncak Kejayaan di Bawah Abdul Malik ibn Marwan
Puncak kejayaan di bawah pemerintahan Abdul Malik al-Marwan terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah di Kekhalifahan Islam. Beliau berhasil mengokohkan kebijakan administratif, ekonomi, dan militer, serta memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga mencapai puncaknya selama masa pemerintahannya pada abad ke-8 Masehi.
- Kekuatan Militer dan Keberhasilan Ekonomi
Pada masa pemerintahan Abdul Malik al-Marwan, Kekhalifahan Umayyah mengalami peningkatan besar dalam hal kekuatan militer dan keberhasilan ekonomi. Militer Umayyah diperkuat melalui pembentukan pasukan yang terorganisir dengan baik, memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan dari dalam dan luar wilayah kekhalifahan.
Secara ekonomi, kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Abdul Malik al-Marwan mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu keberhasilan ekonominya adalah pengenalan dinar emas dan dirham perak sebagai mata uang standar, yang memfasilitasi perdagangan dan kestabilan ekonomi di wilayah kekhalifahan. Selain itu, kebijakan agraria yang cerdas juga mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan ekonomi lokal.
Dengan kombinasi kekuatan militer yang kokoh dan keberhasilan ekonomi yang mapan, masa pemerintahan Abdul Malik al-Marwan menjadi salah satu periode keemasan dalam sejarah awal Kekhalifahan Islam.
- Perkembangan Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Pada masa pemerintahan Abdul Malik al-Marwan, terjadi kemajuan signifikan dalam bidang budaya dan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Pusat-pusat kebudayaan seperti Damaskus dan Baghdad menjadi pusat pembelajaran, di mana para sarjana Muslim menerjemahkan karya-karya klasik Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab.
Di bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat, para ilmuwan Muslim membuat kontribusi besar. Mereka mengembangkan dan menyempurnakan pengetahuan dari peradaban sebelumnya, menciptakan dasar-dasar bagi banyak konsep ilmiah modern.
Pada aspek budaya, seni arsitektur Islam mulai berkembang pesat dengan pembangunan masjid-masjid megah dan istana-istana yang menunjukkan keindahan seni kaligrafi dan mozaik. Sastra Arab juga mencapai puncak kejayaan, dengan karya-karya sastrawan terkenal seperti Al-Mutanabbi dan Al-Ma’arri.
Dalam keseluruhan, periode ini merupakan masa keemasan dalam sejarah intelektual dan budaya Islam, yang memainkan peran penting dalam penyebaran pengetahuan di seluruh dunia.
Akhir Dinasti Umayyah dan Kelegacyan
Dinasti Umayyah berakhir pada tahun 750 Masehi ketika pasukan Abbasiyah, yang dipimpin oleh Abu al-Abbas as-Saffah, merebut kekuasaan dari dinasti Umayyah. Peristiwa ini dikenal sebagai Revolusi Abbasiyah. Setelah merebut kekuasaan, Abbasiyah mengambil alih kendali kekhalifahan dan mendirikan dinasti baru di Baghdad, menjadikannya pusat kekuasaan dan kebudayaan baru dalam dunia Islam.
Sehubungan dengan kelegasian, perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah membawa perubahan signifikan dalam struktur pemerintahan dan kebijakan politik. Salah satu perubahan utama adalah kebijakan kelegasian, di mana pemerintahan pusat mengizinkan otonomi lebih besar bagi wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan. Hal ini memungkinkan pemerintahan yang lebih efisien dan fleksibel dalam mengelola wilayah yang luas dan beragam di kekhalifahan Abbasiyah.
Sistem kelegasian ini memberikan peluang bagi berbagai kelompok etnis dan agama untuk memainkan peran penting dalam pemerintahan, sehingga menciptakan lingkungan yang relatif inklusif di wilayah kekhalifahan Abbasiyah. Sistem ini juga memfasilitasi pertukaran budaya, pengetahuan, dan perdagangan antarwilayah yang berbeda, yang mendukung perkembangan intelektual dan budaya dalam dunia Islam pada masa itu.
Kesimpulan
Pada akhir Dinasti Umayyah dan awal Dinasti Abbasiyah, dunia Islam mengalami perubahan yang signifikan. Dinasti Umayyah mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Abdul Malik al-Marwan dengan kemajuan dalam kekuatan militer, keberhasilan ekonomi, serta kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan . Namun, Dinasti Umayyah berakhir dengan Revolusi Abbasiyah pada tahun 750 Masehi. Abbasiyah menggantikan Dinasti Umayyah, membawa perubahan dalam kebijakan politik, budaya, dan struktur pemerintahan. Sistem kelegasian yang diperkenalkan oleh Abbasiyah memberikan otonomi kepada wilayah-wilayah yang berbeda, menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung pertukaran budaya dan pengetahuan di seluruh kekhalifahan . Periode ini mencerminkan keragaman dan kekayaan intelektual, budaya, dan ekonomi dalam dunia Islam, yang memiliki dampak jangka panjang dalam sejarah peradaban manusia.@
Penulis:
Mahasiswa Semester 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau