ACADEMICS.web.id – Ia bukan wartawan National Geographic, bukan pula pesohor-pelancong Instagram, atau penulis buku-buku semacam “Panduan Hemat Melancong ke Skandinavia”. Ia hanya seorang terpelajar yang penasaran melihat dunia dan mencatatnya dengan mengandalkan ingatan yang baik.
Sekarang ini, kita dengan mudah berpergian atau pun ke mana pun sesuka kita bahkan bisa keliling dunia, karena banyak aplikasi online yang tersebar di handphone kita bukan? Iya pastinya dong. Kita tanpa hal modern ini sangat sulit, semua serba instant termasuk ini. Kita tau travelling ini sudah ada sejak dahulu sebelum dunia modern ini muncul, dengan keterbatasan transportasi tentunya. Nah salah satu alternatif yang mereka gunakan adalah unta sebagai kendaraan ataupun malah berjalan kaki. Kalo dipikir-pikir sih pasti capek, apalagi harus berjalan kaki. Tapi keinginan orang zaman dulu lebih besar daripada rasa capek atau malasnya mereka. Dan mereka melakukan travelling ini tidak hanya satu atau dua hari saja dalam menempuh perjalanan, mereka bisa menempuh berhari-hari, berbulan-bulan bahkan mungkin sampai tahunan.
Banyak sekali pengembara hebat yang kita kenal dan salah satunya ada Ibnu Battuta. Apa kalian tidak asing dengan nama Ibnu Battuta? Iyap, beliau adalah seorang pengembara hebat di dunia. Ibn Battuta yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Abdullah al-Lawati al-Tangi ibn Batutah, yang dikenal di Barat dengan nama Ibn Battuta, lahir di Marocco, tahun 1304M dan wafat dalam tahun 1369M. Ia dikenal sebagai pengelana dunia paling andal, karena telah mengelilingi dunia dalam keadaan teknologi pelayaran tidak secanggih sekarang. Ia tercatat telah mengelilingi beberapa kawasan seperti Afrika bagian Utara, Afrika bagian Selatan, Afrika Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Selatan, South Asia, Central Asia, Southeast Asia and China. Ibn Battuta is considered to be among the great travellers of all time.
Semasa hidupnya (1304-1368), Ibn Battuta menjadi saksi atas beragam praktik, ritual, dan adat-istiadat masyarakat Muslim dari Afrika Utara, Afrika Barat, Timur Tengah, anak benua India, Maladewa, sampai Asia Tenggara. Dalam wacana politik dan kebudayaan Islam pada masanya, sejumlah negeri yang dikunjungi Battuta disebut Dar al-Islam, atau “Tanah Muslim” yang berkembang pesat pada paruh pertama abad ke-14. Ia berhasil menyaingi orang besar yang hidup sezaman dengannya, Marcopolo Al-Bandaqi. Pengembaraannya meliputi seluruh dunia Islam. Dia telah menempuh lebih dari 175 mil, yang dimulai dari Thanjah, tempat kelahirannya, pada saat berusia 28 tahun, pada tahun 1326 M dan berakhir di Fez pada tahun 1353 M. Karyanya yang terkenal dengan judul Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-negeri Asing dan Pengalaman-pengalaman Ajaib (Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa Ajāʾibil Asfār) yang disusun oleh Ibnu Juzay, namun sering kali hanya disebut Ar-Rihlah Ibnu Batutah. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research).
Ibnu Battuta melakukan perjalanan pertamanya ke tanah suci Makkah, pada umur 21 tahun. Bayangkan saja, umur semuda Ibnu Battuta melakukan perjalanan sejauh itu, dengan kurun waktu selama satu setengah tahun. Satu setengah tahun tentu bukan waktu yang singkat. Dari perjalanan ini tentu beliau mengenal kota-kota yang disinggahinya, mulai dari Tunis, Kairo, Damaskus, dan Yerusalem, untuk mencapai tanah suci Makkah. Ibnu Battuta memang memiliki tekad yang kuat dalam pengembaraannya.
Setelah sampai di kota Makkah dan melakukan rangkaian peribadatan Haji. Beliau malah tertarik dengan dunia travelling, seperti kebanyakan anak muda di zaman sekarang. Karena beliau sangat suka dengan suasana yang baru, budayanya, bahkan bertemu dengan orang-orang yang baru ditemuinya. Dari perasaan suka ini lah Ibnu Battuta memutuskan untuk meneruskan perjalanannya dari Makkah menuju Timur Tengah dan Asia, bahkan sampai pulau Sumatra loh teman-teman.
Kecintaan Ibnu Battuta terhadap dunia travelling ini tentu membawa hal baru bagi orang zaman dulu, apalagi bagi anak-anak muda yang memiliki rasa keingintahuan yang lebih besar. Bisa dibilang Ibnu Battuta menjadi roll modelnya anak zaman dulu, karena di umur yang masih muda dan dalam kurun waktu 29 tahun bisa mengelilingi seluruh dunia dengan mencapai 120.700 km. Jarak yang ditempuh Ibnu Battuta sangat fantastis bukan?
Selama 29 tahun mengarungi berbagai belahan dunia, tentu Ibnu Battuta memiliki banyak sekali ilmu dan budaya yang ia dapat saat melakukan perjalanan. Apalagi beliau sangat dikenal sebagai orang yang pandai juga adil, maka di beberapa tempat yang disinggahinya, beliau sering menjadi hakim untuk mengadili suatu masalah. Hal ini tentu tidak mengagetkan untuk beliau, karena dari kecil sudah diajari berbagai ilmu hukum terlebih pada dunia Islam.
Dalam 29 tahun pengembaraan yang dilakukan Ibnu Battuta, beliau menjelaskan tentang sejarah yang sangat luar biasa tentang negara-negara yang dikunjunginya. Selain itu, beliau juga selalu menanamkan nilai-nilai kerohanian, moral dan sosial. Dan menurut saya, dari beliau ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita harus mempunyai semangat yang gigih untuk mencapai suatu hal yang kita inginkan, walaupun ada beberapa hambatan dalam hidup kita.
Objek penelitian bagi perpustakaan pula fokus pada studi tokoh Ibnu Batutah sebagai seorang tokoh geografer Muslim terhadap karyanya Ar-Rihlah dengan tujuan untuk menganalisa sosio historis pengembaraanya ke berbagai belahan dunia. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah sumber bacaan lainnya yaitu buku-buku teks, ensiklopedi, jurnal, dan lain sebagainya. Hasil kajian ditemukan bahwa naskah ini banyak kita temukan kisah perjalanannya, dan gambaran keyakinannya terhadap hal-hal yang aneh, pencampur adukan berbagai peristiwa, dan perhatiannya yang berlebihan terhadap kekeramatan para wali dan ulama, dan sebagian kepercayaan para pengembara pada setiap zaman. Meskipun demikian, dia banyak menyaksikan berbagai peristiwa, sekaligus mengetahui bagaimana cara menggambarkan apa-apa yang dia lihat, dengan penuh kejelian atau dengan cara yang sederhana. Itulah yang menjadikannya sebagai seorang ahli geografi dan pengembara yang unik dari kalangan bangsa Arab. Dia adalah seorang pengembara yang tujuannya hanya untuk mengembara. Dia injakkan kakinya di tanah yang sama sekali belum dia ketahui dengan perasaan yang tenang. Dia sangat senang berkenalan dengan wilayah dan bangsa yang baru.@
Penulis:
Mahasiswi Semester 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau