ACADEMICS.web.id – Pada bagian pertama dalam diskusi mengenai TRADISI SCIENCE DALAM PERADABAN ISLAM, kita telah menampilkan beberapa figur penting dalam berbagai disiplin ilmu seperti Matematika, Fisika dan Kimia. Dalam bidang disiplin ilmu kimia, masih ada lagi beberapa figur yang harus kita tampilkan.
1. Ibnu As-Syibilli
Salah satu ilmuwan Muslim yang berperan penting dalam mendorong tumbuhnya industri parfum adalah As-Syibilli. Ia hidup sekitar abad ke-12 Masehi dan dikenal sebagai salah satu tokoh awal dalam perkembangan kimia dari Spanyol. As-Syibilli memiliki berbagai kontribusi dalam kimia, termasuk dalam pengembangan minyak wangi atau parfum.
Salah satu prestasinya yang terkenal adalah pembuatan minyak wangi dari berbagai bahan alam, termasuk bunga-bungaan, rempah-rempah, dan kayu-kayuan. Ia mengembangkan teknik destilasi yang memungkinkan minyak esensial diekstrak dari bahan-bahan tersebut dengan lebih efisien. Proses destilasi yang dikembangkan oleh As-Syibilli menjadi dasar bagi pengembangan teknik destilasi lebih lanjut dalam kimia.
As-Syibilli juga mengembangkan metode pemurnian minyak wangi, sehingga menghasilkan minyak yang lebih murni dan lebih harum.
Pencapaian As-Syibilli dalam kimia dan farmasi membantu mendorong pertumbuhan industri parfum dan minyak wangi. Karyanya memengaruhi perkembangan teknik pembuatan minyak wangi, penyaringan, dan distilasi yang digunakan dalam industri ini. As-Syibilli juga mempromosikan pengetahuan tentang berbagai wewangian yang dapat digunakan dalam minyak wangi, dan ini memberikan landasan untuk pengembangan berbagai wewangian yang digunakan dalam parfum hingga saat ini.
BIDANG BIOLOGI
Banyak ilmuwan Muslim yang membuat kontribusi penting dalam bidang biologi, yang mencakup studi tentang tumbuhan, hewan, manusia, dan ilmu alam secara lebih umum. Di antara tokoh-tokoh terkemuka yang menggagas dan memperkaya pengetahuan biologi adalah Ibn al-Haytham, Ibn Sina, dan Ibn Zuhr.
Ibn al-Haytham (965-1040 M), yang dikenal sebagai Alhazen dalam bahasa Latin, adalah seorang ilmuwan serba bisa dalam ilmu fisika, matematika, dan astronomi. Salah satu karyanya yang paling berpengaruh adalah “Kitab al-Manazir” (Buku Optika). Meskipun buku ini lebih dikenal dalam konteks fisika dan optika, pendekatannya terhadap pemahaman tentang penglihatan dan cahaya berdampak pada ilmu biologi. Ibn al-Haytham memahami kerja mata manusia dan cara mata menerima dan memproses cahaya. Penelitiannya tentang penglihatan memberikan landasan untuk perkembangan ilmu optometri dan pengertian dasar tentang anatomi mata. Pemahaman Ibn al-Haytham tentang penglihatan juga berdampak pada studi tentang mata manusia dan gangguan penglihatan.
Ibn Sina (980-1037 M), yang dikenal sebagai Avicenna dalam bahasa Latin, adalah seorang ilmuwan dan filsuf yang menghasilkan banyak karya berpengaruh di berbagai bidang, termasuk kedokteran. Karyanya yang terkenal, “Kitab al-Qanun fi al-Tibb” (Buku Tentang Hukum Kedokteran), adalah ensiklopedia kedokteran yang komprehensif dan mendalam. Dalam bukunya, Ibn Sina menggambarkan berbagai penyakit, gejala, dan pengobatan yang relevan dalam konteks medis. Ia juga memperkenalkan konsep penting tentang penyakit menular dan penularan penyakit. Selain itu, ia menciptakan metode pengobatan yang lebih terperinci dan ilmiah. Karyanya dalam bidang kedokteran memengaruhi perkembangan ilmu kedokteran dan biologi di masa berikutnya, dan buku “Qanun” tersebut digunakan sebagai rujukan standar di seluruh dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad.
Ibn Zuhr (1091-1161 M), dikenal sebagai Avenzoar dalam bahasa Latin, adalah seorang ilmuwan dan dokter Andalusia yang membuat kontribusi penting dalam ilmu kedokteran dan biologi. Karyanya yang terkenal adalah “Kitab al-Taisir fi al-Mudawat wa al-Tadbeer” (Buku tentang Memfasilitasi Pengobatan dan Terapi). Dalam buku ini, Ibn Zuhr menguraikan berbagai metode pengobatan dan teknik bedah yang lebih maju. Salah satu kontribusi utamanya adalah pemahamannya tentang penyakit menular dan pencegahan penyebarannya. Ia adalah salah satu ilmuwan pertama yang mengidentifikasi infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan mempromosikan kebersihan sebagai upaya pencegahan.
Selain ketiga ilmuwan tersebut, banyak ilmuwan Muslim lainnya di Abad Pertengahan yang berfokus pada ilmu biologi, termasuk studi tentang tumbuhan, hewan, dan ekosistem. Mereka sering mencatat spesies-spesies berbeda, mendokumentasikan sifat-sifat dan sifat biologis mereka, dan memahami konsep penting tentang ekologi dan saling ketergantungan organisme dalam lingkungan mereka. Berikut adalah beberapa di antaranya, lengkap dengan nama dan prestasi mereka:
- Ibn al-Baitar (1197-1248 M): Ilmuwan Arab Andalusia yang terkenal karena karyanya “Kitab al-Jami fi al-Adwiya al-Mufrada” (Buku tentang Materi Obat Tunggal). Karyanya ini berfokus pada botani dan tanaman obat. Ibn al-Baitar mengidentifikasi dan mendokumentasikan lebih dari 1.400 tanaman, termasuk spesies-spesies baru, dan mengklasifikasikan mereka berdasarkan sifat obat-obatan dan penggunaannya. Ia juga memahami konsep konsumsi tanaman, ekosistem, dan ketergantungan organisme dalam alam.
- Ibn Bassal (fl. Abad ke-11 M): Ilmuwan Muslim yang aktif dalam botani dan pertanian. Ia mengembangkan sistem irigasi dan teknik pertanian yang lebih efisien. Ibn Bassal juga mendokumentasikan berbagai metode penanaman dan perawatan tanaman. Karyanya membantu meningkatkan produksi pertanian dan memahami prinsip-prinsip dasar ekosistem pertanian.
- Ibn Wafid (999-1074 M): Ilmuwan Arab yang juga dikenal sebagai Abenguefit. Ia berfokus pada pengetahuan tentang tumbuhan obat dan praktik kedokteran tradisional. Karyanya, “Kitab al-Makhtum,” berisi informasi mendalam tentang tanaman obat dan penggunaannya dalam pengobatan. Ia mendokumentasikan sifat-sifat obat-obatan dan prinsip-prinsip farmasi.
- Ibn al-Jazzar (circa 895-979 M): Juga dikenal sebagai Algizar, ilmuwan Muslim yang berfokus pada ilmu kedokteran dan pengobatan. Ia menulis buku “Kitab al-Kamil” (Buku Lengkap), yang memuat pengetahuan medis yang luas pada zamannya. Selain itu, ia memahami konsep infeksi dan penularan penyakit, serta memberikan pedoman mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit.
- Al-Masudi (896-956 M): Ilmuwan dan penjelajah Muslim terkenal yang menulis tentang berbagai aspek ilmu pengetahuan, termasuk geografi, etnografi, dan botani. Dalam karyanya “Muruj al-Dhahab wa Ma’adin al-Jawhar” (Padang Emas dan Tambang-tambang Permata), ia mendokumentasikan berbagai tanaman yang ditemui selama perjalanannya dan memberikan informasi tentang penyebaran geografis dan penggunaannya.
- Al-Jahiz (776-868 M): Selain kontribusinya dalam bidang kimia, Al-Jahiz juga memiliki kontribusi dalam biologi. Dalam karyanya, seperti “Kitab al-Hayawan” (Buku Hewan), ia mengamati dan mendokumentasikan berbagai aspek perilaku dan karakteristik hewan, serta mengembangkan pemahaman tentang adaptasi dan evolusi hewan.
- Ibn Khaldun (1332-1406 M): Ilmuwan terkenal dari Maghreb yang memadukan ilmu sejarah dengan konsep biologis dan sosiologis. Karyanya, “Muqaddimah” (Pengantar), membahas perkembangan sosial, budaya, dan fenomena manusia dalam konteks geografi, ekologi, dan faktor-faktor lingkungan.
- Ibn al-Nafis (1213-1288 M): Ilmuwan dan dokter terkenal yang melakukan penelitian tentang sistem peredaran darah manusia. Ia mengemukakan teori yang lebih akurat tentang sirkulasi darah, yang menjadi dasar bagi pemahaman modern tentang sistem peredaran darah.
- Ibn al-Qayyim (1292-1350 M): Ilmuwan, dokter, dan ahli kedokteran Islam yang menulis banyak buku tentang pengobatan dan perawatan kesehatan. Karyanya, “Kitab al-Tibb” (Buku Kedokteran), berisi informasi tentang pengobatan, nutrisi, dan prinsip-prinsip kesehatan.
- Ibn Sina (Avicenna, 980-1037 M): Selain kontribusinya dalam bidang kedokteran, Ibn Sina juga membuat penelitian dalam ilmu biologi. Karyanya, “Kitab al-Hayawan” (Buku tentang Hewan), berfokus pada perilaku dan karakteristik hewan, serta mencakup konsep ekologi dan interaksi organisme dalam lingkungan.
- Ibn Rushd (Averroes, 1126-1198 M): Ilmuwan, filsuf, dan hakim yang juga memberi kontribusi pada pemahaman ilmu alam. Karyanya “Tafsir Kitab al-Nafs” (Interpretasi Buku Tentang Jiwa) berisi pemikirannya tentang biologi dan asal mula kehidupan, serta kaitannya dengan ilmu kedokteran.
BIDANG ILMU PERTANIAN
Ilmu pertanian adalah salah satu aspek penting dalam ilmu alam yang telah lama menjadi fokus utama masyarakat Muslim, terutama selama periode Abad Pertengahan. Ilmuwan Muslim pada saat itu memberikan kontribusi besar dalam pengembangan teknik pertanian, pengelolaan sumber daya alam, dan pemahaman tentang tanah, tanaman, dan hewan ternak. Berikut adalah beberapa ilmuwan Muslim yang berperan penting dalam perkembangan ilmu pertanian selama Abad Pertengahan, beserta karya-karya mereka yang berpengaruh.
- Ibn Bassal (fl. Abad ke-11 M): Ibn Bassal adalah seorang ilmuwan Muslim yang berasal dari Al-Andalus (Spanyol Islam). Ia terkenal karena kontribusinya dalam pertanian dan pengembangan sistem irigasi yang efisien. Dalam karyanya yang berjudul “Kitab al-Filaha” (Buku Pertanian), Ibn Bassal memberikan panduan praktis tentang teknik bertani yang efisien, penggunaan irigasi, dan pemeliharaan tanaman. Ia juga mempromosikan rotasi tanaman dan perawatan tanah untuk menjaga kesuburan dan produktivitas lahan pertanian.
- Al-Dinawari (828-896 M): Ad-Dinawari adalah seorang ilmuwan Muslim yang memiliki minat dalam berbagai bidang ilmu, termasuk botani dan pertanian. Ia menulis karya yang berjudul “Kitab al-Filaha” (Buku Pertanian) yang membahas berbagai aspek pertanian, termasuk budidaya tanaman, pemeliharaan kebun, dan penggunaan pupuk alami. Karyanya ini berisi pengetahuan tentang berbagai jenis tanaman, pemuliaan tanaman, dan perawatan tanah untuk hasil panen yang lebih baik.
- Ibn Al-Awwam (circa 12th century M): Ibn Al-Awwam adalah seorang ilmuwan Muslim yang berasal dari Al-Andalus. Ia menulis buku pertanian yang terkenal, “Kitab al-Filaha” (Buku Pertanian). Karya ini mencakup berbagai aspek pertanian seperti budidaya tanaman, penggunaan pupuk, pengendalian hama, dan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Ibn Al-Awwam juga mempromosikan konsep rotasi tanaman dan penggunaan sistem irigasi yang efisien.
- IbnWafid (999-1074 M): Ibn Wafid adalah seorang ahli kedokteran yang juga memiliki minat dalam pertanian. Ia menulis buku yang dikenal sebagai “Kitab al-Filaha” (Buku Pertanian), yang membahas tentang berbagai aspek pertanian dan hortikultura. Karyanya mencakup panduan tentang penanaman, pemeliharaan tanaman, dan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan hasil panen.
- Ibn Al-Baitar (1197-1248 M): Ibn al-Baitar adalah seorang ahli botani dan farmasis terkemuka yang hidup di Spanyol Islam. Ia memerintahkan penelitian mendalam tentang tumbuhan obat dan menyusun karya monumental “Kitab al-Jami fi al-Adwiya al-Mufrada” (Buku tentang Materi Obat Tunggal). Buku ini berisi pengetahuan mendalam tentang berbagai tanaman obat, sifat-sifatnya, dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional. Karyanya juga mencakup panduan tentang budidaya dan pemeliharaan tanaman obat.
- Ibn Khaldun (1332-1406 M): Ibn Khaldun adalah seorang sejarawan dan filsuf yang juga memiliki minat dalam ilmu alam dan pertanian. Dalam karyanya yang terkenal, “Muqaddimah” (Pengantar), ia membahas hubungan antara lingkungan, faktor geografis, dan praktik pertanian dalam mempengaruhi peradaban manusia. Ia memberikan wawasan tentang pengelolaan sumber daya alam dan pertanian berkelanjutan.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim ini memberikan kontribusi penting dalam perkembangan ilmu pertanian selama Abad Pertengahan. Karya-karya mereka mencakup berbagai aspek pertanian, mulai dari teknik budidaya tanaman hingga manajemen sumber daya alam dan praktik berkelanjutan. Mereka juga memahami pentingnya pemeliharaan tanah dan air untuk menjaga produktivitas lahan pertanian. Prestasi mereka dalam ilmu pertanian telah memberi pengaruh pada perkembangan ilmu pertanian modern dan praktik-praktik berkelanjutan yang masih relevan hingga saat ini. Selain itu, mereka juga mempromosikan praktik-praktik pertanian berkelanjutan yang berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat.
BIDANG ILMU BUMI
Ilmu bumi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam pemahaman tentang planet kita, dan selama Abad Pertengahan, banyak ilmuwan Muslim membuat kontribusi yang signifikan dalam perkembangan ilmu bumi. Mereka mempelajari berbagai aspek geologi, seismologi, astronomi, dan geografi, dan hasil karya mereka masih berdampak besar pada perkembangan ilmu bumi hingga saat ini. Berikut adalah beberapa ilmuwan Muslim terkemuka yang memberikan kontribusi penting dalam ilmu bumi selama Abad Pertengahan, beserta hasil karya mereka yang berpengaruh.
- Al-Biruni (973-1048 M): Al-Biruni adalah salah satu ilmuwan Muslim paling terkenal dari Abad Pertengahan dan telah memberikan kontribusi penting dalam berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu bumi. Karyanya yang terkenal, “Al-Athar al-Baqiyah ‘an al-Qurun al-Khaliyah” (Jejak yang Tersisa dari Generasi yang Lama), adalah salah satu karya pertama yang mengkaji secara komprehensif geologi, sejarah bumi, dan konsep waktu geologis. Al-Biruni juga memahami konsep seismologi dan mencatat gempa bumi serta hubungannya dengan kerak bumi.
- Ibn Sina (Avicenna, 980-1037 M): Selain kontribusinya dalam kedokteran dan filosofi, Ibn Sina juga memiliki minat dalam ilmu alam dan ilmu bumi. Dalam bukunya yang terkenal, “Al-Shifa” (The Healing), ia memperkenalkan konsep bahwa pegunungan terbentuk akibat proses geologis yang berlangsung selama ribuan tahun. Ini adalah pemikiran awal tentang geologi yang menjadi dasar bagi pemahaman tentang pembentukan pegunungan.
- Ibn Khaldun (1332-1406 M): Ibn Khaldun adalah seorang sejarawan dan filsuf terkenal yang juga memikirkan ilmu bumi. Dalam karyanya yang terkenal, “Muqaddimah” (Pengantar), ia membahas berbagai aspek geografi dan pengaruhnya terhadap perkembangan peradaban manusia. Ia memahami pentingnya lingkungan dan faktor geografis dalam mempengaruhi budaya, ekonomi, dan perubahan sosial.
- Al-Jahiz (776-868 M): Al-Jahiz adalah seorang ilmuwan Muslim yang dikenal karena kontribusinya dalam berbagai bidang ilmu, termasuk geografi dan ilmu bumi. Dalam karyanya yang berjudul “Kitab al-Hayawan” (Buku Hewan), ia memperkenalkan konsep lingkungan dan interaksi organisme dengan habitatnya. Ia juga mencatat pengamatan geologis dan menyediakan pemahaman awal tentang sejarah geologis Bumi.
- Ibn Rushd (Averroes, 1126-1198 M): Ibn Rushd adalah seorang ilmuwan, filsuf, dan hakim yang juga tertarik pada ilmu bumi. Dalam komentarnya tentang karya Aristoteles, ia membahas konsep geologi, sejarah alam, dan perkembangan permukaan Bumi. Pemikirannya memengaruhi pemahaman tentang geologi dan ilmu bumi di Eropa.
- Al-Masudi (896-956 M): Al-Masudi adalah sejarawan dan geografer terkenal yang menulis buku “Muruj al-Dhahab wa Ma’adin al-Jawhar” (Padang Emas dan Tambang-tambang Permata). Dalam bukunya, ia mencatat hasil penelitiannya tentang geografi, termasuk pergerakan tanah, sejarah bumi, dan fenomena geologi. Al-Masudi juga memahami konsep kontraksi dan ekspansi bumi serta pengaruhnya terhadap bentuk permukaan bumi.
Para ilmuwan Muslim ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman tentang ilmu bumi dan geologi. Mereka memahami konsep geologi, sejarah bumi, dan proses geologis yang terjadi di alam semesta. Pemikiran mereka membantu membentuk dasar bagi ilmu bumi modern dan pemahaman tentang dinamika planet kita.
Selain itu, kontribusi ilmuwan Muslim dalam ilmu bumi juga mencakup pemahaman tentang astronomi dan hubungannya dengan ilmu bumi. Mereka memahami bahwa posisi dan gerakan planet dan bintang memiliki pengaruh signifikan pada keadaan alam, termasuk gempa bumi dan perubahan geologi. Pemahaman ini memengaruhi perkembangan ilmu bumi dan geofisika di masa berikutnya.
Karya-karya mereka dalam ilmu bumi juga membantu memahami perubahan lingkungan, pemodelan geografis, dan efek perubahan iklim. Pemikiran dan pengamatan mereka masih relevan dalam pengembangan ilmu bumi modern, khususnya dalam konteks perubahan iklim dan pemahaman tentang lingkungan. Ilmuwan-ilmuwan Muslim ini telah memberikan sumbangan berharga dalam pemahaman tentang planet kita dan alam semesta yang masih berlanjut hingga saat ini.
Pada abad ke-12, tiga ahli geografi terkenal yang memiliki kontribusi signifikan dalam bidang ilmu bumi adalah Al-Idrisi, Al-Kharaki, dan Ibnu Galib:
- Al-Idrisi (1100-1166 M): Al-Idrisi, yang nama lengkapnya adalah Abu Abd Allah Muhammad al-Idrisi, adalah seorang ahli geografi dan kartografer yang lahir di Kerajaan Norman di Sisilia. Ia dikenal karena karyanya yang paling terkenal, “Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq” (Hiburan bagi Yang Merindukan Untuk Mengelilingi Dunia). Karyanya ini adalah salah satu karya terbesar dalam sejarah kartografi dan geografi abad pertengahan. Al-Idrisi menciptakan peta dunia yang sangat rinci dan akurat yang mencakup daratan, lautan, sungai, dan gunung. Peta ini diukir dalam perunggu dan dikenal sebagai “Peta Idrisi” yang kemudian menjadi referensi geografi penting dalam Eropa selama berabad-abad. Ia juga memadukan pengetahuan geografis dari berbagai budaya, termasuk Yunani, Arab, Persia, dan India.
- Al-Kharaki (d. 1153 M): Al-Kharaki, yang nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim Ubayd Allah ibn Abd Allah al-Kharaki, adalah seorang ahli geografi Muslim yang aktif pada abad ke-12. Ia berasal dari Al-Andalus, dan karyanya yang paling terkenal adalah “Kitab al-Masalik wa al-Mamalik” (Buku tentang Jalan dan Kerajaan). Dalam bukunya ini, Al-Kharaki mendokumentasikan perjalanan dan peta geografis yang merinci rute-rute perdagangan dan kerajaan di seluruh dunia Islam pada zamannya. Ia juga memberikan pengetahuan tentang jalur-jalur perdagangan, kota-kota penting, dan sifat-sifat geografis wilayah yang berbeda. Karya Al-Kharaki menjadi referensi penting dalam ilmu bumi dan geografi selama masa Abad Pertengahan.
- Ibnu Galib (w. 1130 M): Ibnu Galib, yang nama lengkapnya adalah Abu al-Fida Ismail ibn Umar ibn Khoja, adalah seorang ahli geografi dan sejarawan Muslim yang hidup pada abad ke-12. Ia berasal dari Aleppo, Suriah, dan dikenal karena karyanya yang berjudul “Kitab al-Mukhtasar fi Akhbar al-Bashar” (Buku Ringkasan tentang Berita Manusia). Dalam bukunya ini, Ibnu Galib mendokumentasikan sejarah dan geografi berbagai wilayah di dunia Islam. Ia juga memberikan deskripsi yang rinci tentang kerajaan-kerajaan dan wilayah-wilayah tertentu, serta menyediakan informasi tentang perubahan sejarah dan peristiwa penting. Karya Ibnu Galib membantu memahami sejarah dan geografi wilayah Timur Tengah dan kawasan sekitarnya pada masa itu.
Ketiga ahli geografi ini memiliki kontribusi besar dalam pemetaan dan pemahaman geografi dunia pada abad ke-12. Karya-karya mereka membantu memelihara dan menyebarkan pengetahuan geografis pada masa itu, serta memberikan panduan rute dan informasi tentang berbagai wilayah, yang sangat berharga untuk perdagangan, penjelajahan, dan penelitian geografis. Prestasi mereka dalam ilmu bumi dan geografi telah memberi pengaruh besar pada perkembangan ilmu bumi hingga saat ini, dan karya-karya mereka masih menjadi sumber penting dalam sejarah ilmu bumi dan geografi.
Pada abad ke-13, dua ahli ilmu bumi terkenal adalah Qutubuddin asy-Syirazi dan Yaqut al-Rumi:
- Qutubuddin asy-Syirazi (1236-1311 M): Qutubuddin asy-Syirazi adalah seorang ilmuwan Muslim terkenal dari Persia yang aktif pada abad ke-13. Ia dikenal sebagai ahli geografi, matematikawan, dan astronom. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah “Kharitat al-Munajjim” (Peta Bintang-Bintang), yang merupakan peta astronomi yang mendokumentasikan lokasi bintang-bintang yang berperan dalam navigasi di lautan. Peta ini mencakup gambaran bintang-bintang utama dan konstelasi, serta informasi penting tentang penggunaan bintang-bintang dalam navigasi. Karyanya ini sangat berharga bagi pelaut dan penjelajah pada zamannya.Qutubuddin asy-Syirazi juga menulis buku geografi yang berjudul “Lubb al-Tarikh” (Essence of History), yang mencakup pengetahuan tentang geografi, topografi, dan peradaban dunia Islam pada masa itu. Karya ini juga mencakup informasi tentang kerajaan-kerajaan dan wilayah-wilayah yang memfasilitasi pemahaman geografi dunia Islam. Prestasinya dalam bidang ilmu bumi dan astronomi membuatnya dikenal sebagai salah satu ilmuwan terkemuka pada masa itu.
- Yaqut al-Rumi (1179-1229 M): Yaqut al-Rumi, juga dikenal sebagai Yaqut ibn Abd Allah al-Hamawi, adalah seorang ahli geografi dan sejarawan Muslim yang berasal dari Rumi (Byzantium) dan hidup pada abad ke-13. Ia dikenal karena karyanya yang monumental, “Mu’jam al-Buldan” (Kamus Geografi), yang merupakan ensiklopedia geografi yang mencakup berbagai aspek tentang geografi, sejarah, dan budaya berbagai wilayah dunia Islam. Karyanya ini memberikan deskripsi rinci tentang kota-kota, wilayah, dan kerajaan di seluruh dunia Islam, serta berisi informasi tentang orang-orang terkenal dan penemuan geografi.Yaqut juga mengemukakan pengetahuan tentang geografi ekonomi, sumber daya alam, dan hubungan etnis dan budaya di berbagai wilayah. Ia mencatat berbagai tempat penting, jalan-jalan, dan situs-situs bersejarah yang menjadi referensi penting dalam pemahaman sejarah dan geografi pada masa itu. Karyanya membantu melestarikan pengetahuan geografi yang berharga dan memengaruhi perkembangan ilmu bumi dan geografi selanjutnya.
Prestasi Qutubuddin asy-Syirazi dan Yaqut al-Rumi dalam bidang ilmu bumi dan geografi sangat berharga bagi perkembangan ilmu bumi dan geografi pada masa itu. Karya-karya mereka menyediakan informasi penting tentang navigasi, astronomi, topografi, dan geografi wilayah dunia Islam serta pengaruhnya pada budaya dan peradaban. Pada masa itu, karya-karya ini menjadi referensi utama bagi ilmuwan, penjelajah, dan pelaut yang ingin menjelajahi dunia dan memahami keragaman geografisnya.@
(Bersambung)
Prepared by Sofiandi