PENGERTIAN HUKUM RAJAM | Zulkarnain

Mahasiswa Semester 1 Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau

banner 468x60

ACADEMICS.web.id – Rajam menurut bahasa berasal dari kata rajm yang artinya hukuman atau siksaan badan bagi pelanggar hukum Islam. Sedangkan secara umum, pengertian rajam adalah hukuman bagi pezina, baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah.

Hukum rajam ini dilakukan dengan cara melempari batu kepada pelaku zina hingga ia meninggal. Hukuman rajam ini disebutkan dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya, Rasulullah SAW merajam seseorang yang bernama Ma’iz dan merajam seorang perempuan dari Kabilan Juhainah, serta merajam pula dua orang Yahudi dan seorang perempuan dari kabilah Amir dari suku Azd.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

banner 336x280

Syarat-syarat dijatuhkannya hukuman rajam bagi pezina yang telah menikah ini antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama: Mukallaf atau berakal dan baligh: Hukuman rajam ini baru bisa berlaku pada pezina yang berakal sehat dan baligh. Jika pelakunya adalah orang gila atau masih kecil, maka tidak kenakan hukuman rajam ataupun dera, melainkan ta’zir.

Kedua: Merdeka: Bagi pezina yang merupakan budak (tapi sekarang tidak ada lagi perbudakan), baik perempuan ataupun laki-laki, maka ia tidak dikenakan hukuman rajam. Ketentuan ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An Nisa ayat 25 yang berbunyi:


وَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ مِنكُمْ طَوْلًا أَن يَنكِحَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ٱلْمُؤْمِنَٰتِ فَمِن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُم مِّن فَتَيَٰتِكُمُ ٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۚ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَٰنِكُم ۚ بَعْضُكُم مِّنۢ بَعْضٍ ۚ فَٱنكِحُوهُنَّ بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ وَءَاتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ مُحْصَنَٰتٍ غَيْرَ مُسَٰفِحَٰتٍ وَلَا مُتَّخِذَٰتِ أَخْدَانٍ ۚ فَإِذَآ أُحْصِنَّ فَإِنْ أَتَيْنَ بِفَٰحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى ٱلْمُحْصَنَٰتِ مِنَ ٱلْعَذَابِ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ ٱلْعَنَتَ مِنكُمْ ۚ وَأَن تَصْبِرُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah mas kawin mereka menurut yang patut, sedang mereka pun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya

Ketiga: Perbuatan zina yang dilakukan saat pelaku memiliki ikatan pernikahan: Hukuman rajam dikenakan pada siapa saja mereka yang telah menikah namun berbuat zina dengan orang lain. Jika senggama yang dilakukan dalam akad nikah yang tidak sah, maka perbuatan zina tersebut termasuk zina muhsan.@

Penulis:

Zulkarnain:
Mahasiswa Semester 1 Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau
banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *