PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL OLEH DINASTI UTSMANI | Shilna Rahmi

Mahasiswi Sem 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau

banner 468x60

ACADEMICS.web.id –  Kekuasaan Daulah Utsmani yang sedemikian luasnya di Asia kecil dan Eropa Timur, tidak dapat kokoh sebelum Konstantinopel ditaklukkan. Umat Islam berupaya menaklukkan Konstantinopel beberapa kali sebelum era Utsmani. Mereka dimotivasi hadits Rasulullah Saw dari Abu Qubai, ia bercerita:

“Sewaktu kami sedang berada di rumah Abdullah bin Amr bin Al-Ash, ia ditanya tentang kota Konstantinopel dan Roma, manakah diantara keduanya yang pertama-tama akan ditaklukkan. Lantas Abdullah meminta agar diambilkan sebuah kotak yang terikat. Abdullah kemudian menuturkan, “Tatkala kami sedang mencatat disekeliling Rasulullah Saw, tiba-tiba Rasulullah Saw ditanya, ‘kota manakah yang akan ditaklukkan pertama-tama, Konstantinopel ataukah Roma?’ Rasulullah Sam menjawab, ‘pertama-tama kotanya Heraklius.’ Maksudnya adalah Konstantinopel.”

banner 336x280
  • Percobaan pertama kaum Muslimin untuk menaklukkan Konstantinopel terjadi pada era kekhalifahan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu. Tepatnya pada penghujung tahun 32 H (653 M), tatkala pasukan yang dikomandani Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syam kala itu, menembus Asia Kecil hingga Selat Bosporus. Di saat yang sama, armada Islam pimpinan Busr bin Abi Artha’ah juga menuju ke sana demi mendukung angkatan darat Islam. Mereka bergerak dari Tripoli Barat (Libya) menuju Konstantinopel. Hanya saja percobaan ini tidak berhasil.
  • Pada tahun 44 H (664 M), kampanye militer kedua dilakukan pada era Muawiyah bin Abu Sufyan (Dinasti Umawi). Akan tetapi percobaan ini juga tidak berhasil.
  • Pada tahun 49 H (669 M), Muawiyah kembali mencoba menaklukkan Konstantinopel dengan mengirimkan suatu pasukan yang sangat besar pimpinan Sufyan bin Auf. Pasukan ini disertai Yazid bin Muawiyah dan sekelompok tokoh besar Sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, seperti Abdullah bin Al-Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Az-Zubair, dan Abu Ayyub Al-Anshari. Armada Islam dibawah komando Busr bin Abi Artha’ah juga berlayar menembus Selat Dardanelles tanpa perlawanan. Mereka terus mengepung kota itu dari daratan dan lautan selama tujuh tahun tanpa jeda. Lantas kaum Muslimin menarik mundur pasukan pada tahun 58 H (678 M) ke pangkalannya.
  • Pada tahun 96 H (715 M), Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mengulangi percobaan ini dengan menugaskan Maslamah bin Abdul Malik saudaranya seraya melarangnya pergi meninggalkan Konstantinopel sebelum berhasil ia taklukkan atau diperintahkan. Maslamah berangkat pada akhir tahun 98 H (716 M). la menembus dataran subur Anatolia serta menaklukkan banyak kota dan benteng Romawi, Selanjutnya ia mulai mengepung Konstantinopel. la mengepungnya untuk kali yang kedua pada 2 Muharram 99 H (15 Agustus 717 M). Akan tetapi beberapa pekan kemudian Sulaiman bin Abdul Malik mangkat, tepatnya pada 10 Shafar 99 H (717 M). Dan, dengan masuknya musim dingin yang kala itu teramat ekstrem, Maslamah pun menarik mundur pasukannya ke pangkalan negeri Syam.
  • Setelah itu kekhalifahan (Umawi) tidak kembali melakukan percobaan penaklukan Konstantinopel, kendati pasukannya sudah lebih dari satu kali mendekati ibu kota Romawi Byzantium tersebut.
  • Penyerbuan terhadap Konstantinopel yang paling kesohor terjadi pada era Khalifah Al-Mahdi dari Dinasti Abbasi. Putranya yang bernama Harun Ar-Rasyid berangkat pada musim panas tahun 156 H (785 M) untuk menyerbu Negara Byzantium. la menembus dataran subur Anatolia sehingga dapat mendominasi sisi Asia Selat Bosporus. la juga mendirikan kamp di atas perbukitan Chrysopolis (Uskudar) yang tepat berseberangan dengan Konstantinopel. Kala itu yang menduduki singgasana Kekaisaran Byzantium adalah Constantine VI yang masih bocah, sementara pemerintahan secara de facto dipegang ibunya, Irene (Renee). Kaum Muslimin pun mengalahkan Byzantium secara telak dan membuat trene terpaksa mengadakan gencatan senjata serta membayar upeti tahunan (jizyah) kepada umat Islam.
  • Percobaan pertama Dinasti Utsmani untuk menaklukkan Konstantinopel terjadi pada tahun 708 dan 709 H (1395 M). Akan tetapi kedatangan Timur Lenk ke perbatasan timur Negara Utsmani memaksa Sultan Bayezid mengurungkan pengepungan. Konstantinopel memang sudah menjadi tujuan dan target Dinasti Utsmani sejak awal pemerintahan mereka. Sultan Utsman, sang pendiri Negara Utsmani, berwasiat kepada para penerusnya agar menaklukkan kota itu. Para sultan sepeninggal Utsman tidak kunjung diberi taufik untuk mewujudkan tujuan mereka tersebut hingga akhirnya tiba Sultan Muhammad Al-Fatih. Maka, Allah mencatatnya sebagai penakluk kota nan megah itu. Sejak itulah ia menyandang julukan “Al-Fatih” (sang penakluk).

Untuk itulah Sultan Muhammad Al-Fatih melakukan persiapan penaklukan Konstantinopel. la mulai dari membangun benteng di daratan Eropa di tepi Selat Bosporus, berseberangan dengan benteng yang dahulu dibangun Sultan Bayezid I. Dengan demikian, ia memegang kendali penuh atas Selat Bosporus dan dapat menghalangi datangnya bala bantuan ke Konstantinopel.

Kaisar Konstantinopel pun merasakan besarnya tekad Sultan Muhammad Al-Fatih untuk menaklukkan kota itu. Maka, ia menawarkan pembayaran upeti (jizyah) kepadanya, namun sang sultan menolaknya.

Sebelum peristiwa penaklukan ini kami paparkan lebih lanjut, marilah kita melihat sistem pertahanan Konstantinopel yang membuat kota itu sangat sulit diraih,

Pertama: Selain penghalang air berupa Laut Marmara, juga terdapat Ceruk (teluk kecil) Tanduk Emas yang dikalungi rantai raksasa guna menghalangi ataupun mempersilakan kapal mana pun untuk masuk.

Kedua: Tembok-tembok yang mengelilingi kota dari segala penjuru, bahkan dari arah laut. Dari arah daratan juga terdapat tembok-tembok raksasa yang sulit ditembus.

Ketiga: Benteng yang terdapat di Ceruk Tanduk Emas untuk menghadang segala musuh.

Nah, sekarang kita kembali ke peristiwa penaklukan. Setelah Sultan Muhammad Al-Fatih menolak pembayaran upeti (jizyah) dari Kaisar Byzantium sebagai kompensasi atas penghentian serangan terhadap Konstantinopel, sang kaisar pun meminta pertolongan kaum Kristen Eropa. Maka, Genoa (salah satu kerajaan Eropa pada masa itu) mengirimkan kepadanya 30 kapal perang yang tiba sewaktu tentara Utsmani tengah mengepung Konstantinopel dari segala penjuru. Tak ayal, kapal-kapal itu bentrok dengan armada Utsmani. Orang-orang Genoa dapat mencapai Ceruk Tanduk Emas. Sewaktu tentara Utsmani berupaya mengejar mereka, rantai pun tertutup di hadapan mereka, tepat setelah tentara Geno memasuki Ceruk Tanduk Emas.

Jumlah tentara Utsmani yang mengepung kota itu dari arah daratan mendekati 250 ribu personil. Sementara dari arah lautan terdapat nyaris 180 kapal laut. Muhammad Al-Fatih pun mengumpulkan para jendralnya dan berkata kepada mereka:

“Apabila kita sukses menaklukkan Konstantinopel maka terwujudlah bagi kita hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sekaligus salah satu mukjizatnya. Kehormatan yang diusung hadits ini akan menjadi Jatah kita pula. Maka, sampaikanlah kepada anak-anak buah kita para tentara secara pribadi, seorang demi seorang, bahwa kesuksesan terbesar yang hendak kita raih ini akan meningkatkan kehormatan dan kemuliaan Islam. Wajiblah setiap prajurit menjadikan ajaran syariat kita sebagai pedomannya. Maka, jangan sampai masing-masing mereka melakukan hal yang menodai ajaran ini. Hendaklah mereka menghindari gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah, jangan sampai mereka usik sedikit pun. Dan, hendaklah mereka membiarkan (tidak membunuh, Ed) para pendeta, kaum dhuafa, dan orang-orang lemah yang tidak turut berperang.”

Tentara Utsmani juga hendak memasuki Ceruk Tanduk Emas di mana terdapat sebagian tembok Konstantinopel. Mereka lantas melakukan cara yang tidak pernah terlintas dalam benak siapa pun, yaitu dengant menyusun papan-papan kayu yang menghubungkan antara perairan Ceruk Tanduk Emas dan perairan Selat Bosporus. Mereka menuangkan lemak dan minyak di atas papan-papan itu, kemudian meluncurkan kapal- kapal perang di atas papan-papan tersebut dari Selat Bosporus ke Ceruk Tanduk Emas. Selanjutnya meriam-meriam Utsmani mulai menghantam tembok-tembok Konstantinopel dari segala arah. Kota itu pun tidak dapat bertahan lama di hadapan mereka. Mereka lantas memasukinya sebagai pahlawan pemenang perang pada fajar dini hari 15 Jumadil Ula 857 H. Kaisarnya penuh a terbunuh pula dalam pertempuran. Tentara Utsmani berkuasa atas kota itu. Sultan Muhammad Al-Fatih lalu memerintahkan agar adzan dikumandangkan di Gereja Aya Sophia sebagai pengumuman bahwa gereja itu diubah menjadi masjid. Satu hal yang paling layak disebutkan di sini adalah Gereja Aya Sophia ini tadinya merupakan markas Kristen Ortodoks sedunia, sebagaimana halnya Vatikan merupakan markas Kristen Katolik sedunia.

Sang sultan juga memerintahkan agar kota itu diganti namanya menjadi Islam Bul (Istambul) yang berarti kota Islam, juga dijadikan ibu kota Negara Utsmani, dan terus menjadi ibu kotanya sampai dibubarkannya kekhalifahan. Dengan demikian, Negara Byzantium jatuh secara total setelah lebih dari 8 abad menjadi musuh bebuyutan kaum Muslimin.

Warga kota yang beragama Kristen aman dan diberi kebebasan untuk beragama dan memakai segala simbol agama mereka. Sang sultan juga membeli separuh dari gereja-gereja yang ada di kota itu untuk dijadikan masjid, sementara separuh lainnya dibiarkan tetap sebagai gereja umat Kristen agar mereka bisa mempraktikkan peribadatan mereka.

Selama pengepungan kaum Muslimin terhadap Konstantinopel ternyata ditemukan makam Abu Ayyub Al-Anshari sang Sahabat mulia yang gugur sebagai syahid dalam proses pengepungan Konstantinopel pada era Yazid bin Muawiyah. Maka, setelah menaklukkan Konstantinopel, sang sultan membangun masjid di lokasi makam tersebut. Selanjutnya para sultan pewaris takhta selalu dilantik di masjid ini, dengan tradisi berupa serah terima pedang Utsman bin Ertugrul sang pendiri Negara. (Dikutip dari buku Ensiklopedi Sejarah Islam dan Sejarah Peradaban Islam)@

Penulis:

Shilna Rahmi:
Mahasiswi Sem 1 Prodi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah & Hukum, UIN SUSKA Riau
banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *