NADIEM MURKA, PENERIMAAN SISWA BARU SD MASIH PAKAI TES CALISTUNG

banner 468x60

ACADEMICS.web.id – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim kembali mengangkat isu tes membaca, menulis, dan berhitung (calistung) sebagai persyaratan untuk penerimaan siswa baru di tingkat Sekolah Dasar (SD). Beliau berharap agar semua pihak tidak hanya memandang calistung sebagai satu-satunya indikator keberhasilan dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) dan penerimaan siswa di SD.

“Itu memang keterlaluan, sangat keterlaluan sih bahwa penerimaan di SD masih ada tes calistung. Bayangkan. Itu artinya banyak sekali SD SD kita melepas tangan. Mereka merasa bukan tanggung jawab mereka untuk mengajarkan calistung,” kata Nadiem

banner 336x280

Nadiem menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan mengubah pemahaman yang keliru tersebut. Kemendikbudristek telah memberikan instruksi yang sangat tegas kepada guru-guru SD untuk bertanggung jawab dalam mencapai kompetensi minimum dalam calistung, dan bukan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada PAUD.

Beliau menjelaskan bahwa calistung masih dapat diajarkan di PAUD, tetapi harus diiringi dengan kemampuan literasi dan numerasi. Proses pembelajarannya juga harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan.

“Saya bukan menyebut calistung tidak boleh diajarkan di PAUD, ini juga salah. Jadi banyak yang miskonsepsi mengartikan kebijakan ini ‘sekarang Mas Menteri bilang enggak boleh calistung di PAUD’. Salah,” ujarnya.

“Jangan menaruh kata-kata dalam presentasi saya dari makna ini. Ini salah. Ini tidak tepat. Yang benar adalah calistung itu bisa dibangun sejak PAUD tetapi harus disertai dengan konteks kemampuan literasi dan numerasi dan harus menyenangkan,” sambungnya.

Nadiem mendorong agar sekolah-sekolah menerapkan pendekatan pembelajaran yang membangun pondasi holistik peserta didik, termasuk dalam hal pengembangan sosial, emosional, serta kematangan sosial dan emosional pada anak-anak pada dua tahun awal masa SD.

Beliau meminta agar kemampuan yang dikembangkan tidak hanya terbatas pada calistung, tetapi juga mencakup kemampuan emosional, komunikasi, dan nilai-nilai budi pekerti.

“Semuanya fokus hanya pada kemampuan dasar calistung, tetapi tidak fokus kepada yang lebih penting lagi yaitu kompetensi sosial dan emosional daripada anak itu, kematangan emosional dari setiap anak itu,” ucap Nadiem.

Nadiem telah menghapus persyaratan calistung dalam PPDB tingkat SD karena masih terdapat kesalahpahaman mengenai calistung di PAUD.

Beliau menyatakan bahwa cara pengajaran calistung kepada anak-anak selama ini menggunakan metode yang salah, sehingga membuat anak-anak merasa bahwa sekolah bukanlah hal yang menyenangkan.

Menurut Nadiem, persepsi yang berkembang mengenai calistung memiliki konsekuensi yang signifikan bagi anak-anak dalam pembelajaran di PAUD. Beliau menilai bahwa konsekuensi yang paling mengkhawatirkan adalah anak-anak merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan sejak usia dini.@

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *