ACADEMICS.web.id – Saat ini, Hari Valentine sering dianggap sebagai momen yang dipenuhi kasih sayang dan nuansa romantis. Namun, jika kita melihat ke dalam asal-usulnya, Hari Valentine sebenarnya memiliki kisah kelam yang terjalin dengan sejarah Kekaisaran Romawi.
Menurut laporan dari The New York Times, kemungkinan besar perayaan ini terinspirasi oleh peristiwa terkait dua tokoh pria. Berdasarkan NPR, Kaisar Romawi Claudius II tercatat telah mengakhiri hidup dua pria yang bernama Valentine pada tanggal 14 Februari, meskipun pada tahun yang berbeda, pada abad ketiga Masehi.
Dua tokoh ini dikenal sebagai Valentine dari Terni dan Valentine dari Roma. Diyakini bahwa Gereja Katolik kemudian menciptakan Hari St. Valentine sebagai penghormatan kepada mereka berdua, yang dianggap sebagai martir.
Ada kemungkinan bahwa salah satu dari keduanya, yakni St. Valentine dari Terni, secara diam-diam mengadakan pernikahan untuk anggota pasukan Romawi yang bertentangan dengan kebijakan kaisar. Tindakan ini membuatnya dianggap sebagai pelindung cinta oleh sebagian orang.
Ada juga versi lain mengenai tradisi mengirimkan surat cinta pada Hari Valentine. Disebutkan bahwa St. Valentine diduga menulis pesan “valentine” pertama kepada seorang gadis muda yang pernah ia ajar dan yang kemudian ia cintai ketika ia dipenjara atas tindakan yang telah disebutkan sebelumnya.
Menurut The History Channel, yang dikutip oleh News18, St. Valentine dikatakan telah menulis surat kepada gadis tersebut dengan tanda tangan “Dari Valentine-mu” sebelum kematiannya, sebuah ungkapan yang masih populer hingga saat ini.
Namun, cerita romantis ini hanyalah mitos belaka, menurut laporan dari Country Living. St. Valentine masih dihormati sebagai orang suci, meskipun pada kenyataannya, Gereja Katolik Roma menghapus perayaan ini dari kalendernya pada tahun 1969 karena minimnya informasi yang diketahui mengenai kemartirannya.
Lebih jauh lagi, Hari Valentine sebelumnya terkait dengan perayaan Lupercalia. Lupercalia adalah festival kesuburan Romawi kuno yang diselenggarakan pada pertengahan Februari, seperti yang dilaporkan oleh Country Living.
Festival ini didedikasikan untuk dewa pertanian Romawi, Faunas, serta pendiri Roma, Romulus dan Remus. Festival meriah ini melibatkan ritual di mana sekelompok pendeta Romawi berlari telanjang di jalanan.
Pendeta-pendeta ini kemudian dengan lembut memukul para wanita dengan kulit hewan yang telah berlumuran darah dari hewan kurban, meyakini bahwa ini akan meningkatkan kesuburan. Kemudian, menurut Britannica.com, para wanita ini dipasangkan dengan pria melalui undian.
Pada akhir abad kelima SM, Paus Gelasius I menghentikan perayaan Lupercalia. Beberapa cerita bahkan mengatakan bahwa ia menggantikan perayaan pagan tersebut dengan Hari St. Valentine pada tanggal 14 Februari.
Jadi, ternyata, di balik Hari Valentine terdapat sejarah yang lebih gelap. Hari ini tidak hanya terkait dengan eksekusi pria yang bernama St. Valentine, tetapi juga dengan ritual pukulan menggunakan kulit hewan berlumuran darah terhadap wanita.
Meskipun menyimpan sejarah yang kelam, Hari Valentine terus menjadi perayaan yang dirayakan setiap tahun di berbagai negara. Ini sangat populer di Amerika Serikat, serta di Inggris, Kanada, dan Australia. Di Argentina, Prancis, Meksiko, dan Korea Selatan, Hari Valentine bahkan dianggap sebagai hari libur.
Menariknya, di Filipina, Hari Valentine juga dijadikan sebagai hari ulang tahun pernikahan yang paling umum dirayakan. Pada tanggal tersebut, pernikahan besar dengan melibatkan ratusan pasangan sering kali diadakan, menciptakan momen perayaan yang sangat berkesan.
Hingga saat ini, perayaan Hari Valentine telah berkembang menjadi sebuah acara yang mencakup pengungkapan kasih sayang antara keluarga dan teman-teman. Ini merupakan perubahan dari masa lalu, di mana perayaan tersebut terkait dengan ritual kuno di era Romawi atau bahkan eksekusi mati di zaman Kekaisaran Romawi.@
Illustrasi: Hippopx.com