ACADEMICS.web.id – Satu ketika tertonton saya video yg menampilkan Pak JK mengkritik Nadiem Makarim. Kesimpulannya, kebijakan Nadiem dalam pengelolaan Sisdiknas salah kaprah karena ybs tdk punya kompetensi dan jam terbang yg cukup dalam bidang pendidikan.
Kritik itu ada benarnya. Di antara buktinya, ketika awal diangkat jadi Mendikbud dia gk punya gagasan. Karena dia Arab maka adek Nazwa Sihab yg punya sekolah cikal di Ponca ngajukan gagasan merdeka belajar. Gagasan itu mereknya cukup keren walau Sekolah Cikal yg pertama menerapkan adalah sekolah swasta dgn bayaran cukup mahal dengan siswa dari keluarga mampu dan jumlahnya pun tdk banyak. Padahal konsepnya belum jelas tapi namanya keren. Gagasan yg konsep nya belum matang dan diterapkan dlm lingkup terbatas mau langsung diterapkan di semua sekolah dari Sabang sampai Merauke dgn sikon nya yang berbagai bagai.
Naluri sesama etnis dan kegelisahan akibat tdk punya pengalaman mengelola pendidikan mendorong Nadiem menerima dan menjadikan gagasan itu sebagai program primadona dijadikan lah gagasan primadona Diterapkanlah sambil mikir dan merancang bentuk konkritnya. Dikarang2 lah disain nya. Dijiplak lah bbrp program yg sdh mapan diganti nama tanpa malu. Trial and error pun tdk jarang dipraktikkan.
Pakar2 opportunispun berdatangan dan nimbrung sambil UUD . Utk memperkuat tim pengembang coba2 pendidikan nasional Nadiem merekrut 400 an anak muda dari luar sistem yg sebagian besar sangat kompeten dalam IT. Mereka diharapkan membantu Nadiem mendigirisasi pengelolaan pendidikan dan pembelajaran. Gagasan bagus sekali. Hanya saja anak2 muda tadi datang dan mulai dgn menyalahkan semua yg ada tapi bingung ketika gagasan barunya ada yg tdk menjejak bumi.
Tdk terlalu lama Nadiem memulai kiprahnya di Kemendikbud dia ditantang mengatasi terpaan Pandemi Covid 19 yg mengharuskan pembatasan sosial termasuk dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Ketika itu, Nadiem melakukan blunder yg justru membuktikan dia salah tempat sebagaimana dikemukan JK. Kebijakan pertama yg diluncurkan adalah mengarahkan semua sekolan menerapkan pembelajaran berbasis daring dgn menyebutkan aplikasi2 yg disarankan.
Apa yg terjadi? Sebagian besar sekolah, tentu saja tdk termasuk Sekolah Cikal tdk dapat menerapkan kebijakannya karena tdk semua sekolah dan siswa memiliki sarana yg diperlukan, tdk mampu membeli pulsa, di lokasi sekolah tdk ada sinyal, dan banyak guru belum pintar menerapkan pembelajaran jarak jauh berbasis IT dan srbab2 lain. Kritik dan komplain bertubi tubi diarahkan ke Kemendikbud dari orang tua siswa, pengelola pendidikan di daerah, guru, kepaia dan pengawa sekolah dan pemangku kepentingan lainnya. Baru pada edaran ketiga Nadiem menerapkan kebijakan yg lumayan sesuai dengan sikon yg dihadapi di lapangan.
Di awal tugasnya Nadiem juga mengiyakan kritik dari berbagai pihak bahwa beban administrasi guru sangat berat. Mungkin demi populeritasnya di mata guru, Nadiem membuat pembaharuan yg diterapkan atas usul konsultan2 petualang pendidikan dan SKM bau kencur. Pembaharuan itu berlabel RPP satu halaman. Padahal penggagasnya saja belum terpikir seperti apa binatang RPP satu halaman. Apa boleh buat, karena sdh digemborkan maka dikarang karang lah. Pokok nya merek sudah ada disain ya dibuat2 saja juga gak papa. Biar cepat jadi beda2 dikit dgn yg ada dan cocokologi dgn teori2 yg keren langsung terapkan. Toh yg kalang kabut bukan tim pengembang tapi guru. Hasilnya, setelah melalui proses coba ulang sambil ngarang RPP satu halaman masih belum jelas dan tegas bentuknya. Guru pun kembali STM alias sibuk tak menentu bikin RPP versi baru capek nya sama
Guru2 juga pasang badan dengan penerapan konsep merdeka belajar . Bagi mereka yg penting ikuti kebijakan, aman dapat tunjangan profesi. Mereka senang ikut Penataran di hotel makan enak dapat sertifikat dan amplop. Jika dulu dinilai tdk kompeten sekarang mereka dapat gelar keren yaitu GURU PENGGERAK atau GURU BERGERAK GERAK Yah, dalam melakukan pembaharuan yg dikedepankan bermerek eye catching dan gunakan istilah baru berbeda dan bombastis.
Dirjen guru yg diangkat di awal era Nadiem tak kalah jumawa nya. Dengan latar belakang pendidikan MPd kabur dari S1 HI ditambah pengalaman ngajar bbrp hari di satu sekolah di luar negeri dengan congkak berteriak untuk jadi guru yg bagus gk perlu didahului mengikuti pendidikan guru Pernyataan ini sangat naif dan merendahkan eksistensi LPTK lembaga pendidikan tenaga kependidikan yg dulu disebut IKIP. Ironis nya tdk ada LPTK dan pakar2 pendidikan guru ya menentang pernyataan itu. Yg jelas tdk sampai tiga tahun sang Dirjen Guru itu dimutasi ke unit utama lain. Semoga pengalihan tugas itu menyadarkannya utk pikir dahulu pendapatan dan membedakan ngomong dgn berbicara.
Beberapa celoteh tadi menggambarkan bahwa lengkap lah sudah program coba2 pembaharuan pendidikan Indonesia. Untung saya yg dianggap bisa menghalangi dsn merebut populeritas tim mereka singkirkan. Bebaslah saya dari dosa keempat pendidikan Indonesia. Masturbasi pembaharuan pendidikan nasional FC Indonesia
Tentang Nadiem, dia korban ketidakarifan menerapkan the right man in the right place yang mengangkat nya. Setuju dgn sedulur saya Pak Suparno yg walau kepala lembaga karantina di pelabuhan tetapi juga orang tua siswa Indonesia yg menyampaikan kepada saya: Dgn dijadikan Mendikbud bangsa Indonesia kehilangan dua peluang emas. Pertama kehilangan peluang menempatkan figur lain yg lebih kompeten memperbaiki Sisdiknas. Kedua kehilangan peluang menjadikan Nadiem dgn kreasivGojeknya sejajar dgn Bill Gates, Sreve Job, Jack Ma dll anak muda yg melakukan revolusi bisnis bagi kejayaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Selamat beraktivitas.
Cimahi, 15 September 2024