ACADEMICS.web.id – Prof Sanusi, Begawan pendidikan dari UPI, dulu IKIP Bandung, mengemukakan bahwa kata profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession, bahasa latin profesus, yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan. Oleh sebab itu, dalam Webster Webster’s New World Dictionary ditegaskan bahwa pelaksanaan tugas profesi selain didasari oleh ilmu pengetahuan dan seni, juga meliputi mental yang ditunjang oleh kepribadian dan sikap professional. Atas dasar itu, seseorang yang hendak menjadikan profesi sebagai pekerjaannya harus terlebih dahulu mengikuti pendidikan dan pelatihan serta studi intelektual yang khas dalam bidang tertentu.
Masyarakat profesi memiliki suatu ikatan komunitas yang kuat, terdiri dari pengurus dan anggotanya yang diwadahi dalam sebuah asosiasi profesi. Organisasi ini aktif mengatur syarat-syarat memasuki profesi dan merumuskan kode etik profesi yang regulatif sebagai koridor moral. Berpegang pada kode etik, asosiasi profesi menjalankan peran dan fungsi melindungi anggotanya dan masyarakat dari tindakan mal-praktik. Selain itu, ada juga asosiasi yang mengurusi kesejahteraan sosial anggotanya.
Orang dengan profesi tertentu memberikan jasa khas kepada masyarakat. Pemberian jasa digerakkan oleh cita-cita yang tidak mementingkan diri sendiri semata. Tentu saja, untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advis kepada masyarakat yang membutuhkan, anggota profesi boleh menerima bayaran atau upah. Itu halal, jika nominalnya wajar dan layak.
Kesimpulannya: Secara akademik formal tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Hanya pekerjaan yang memiliki ciri-ciri tertentu dapat dikatakan profesi Oleh sebab itu, tukang baso, pengemudi ojek, tukang copet, pengocok dadu kipyik dan semacamnya tidak dapat disebut profesi, hanya sebatas pekerjaan alias golek pangan atau cari makan.
Cimahi, 4 Desember 2023
Abdor Gintings.
